5 Fakta Kaki Gajah yang Masih Rentan Mengintai

Ilustrasi nyeri asam urat.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Kaki gajah atau filariasis masih sering terjadi di beberapa daerah di Tanah Air. Meski begitu, tak banyak yang memahami fakta-fakta terkait hal tersebut dan masih memercayai mitos yang beredar.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc, mengatakan bahwa saat ini Indonesia masih sangat rentan diintai kondisi kaki gajah. Berikut fakta yang perlu Anda pahami terkait kaki gajah dipaparkan oleh dokter Jane, di Gedung Kemenkes, Selasa 25 September 2018.

1. 236 Kabupaten Kota Masih Endemis

Di dunia, kasus filariasis menyerang negara tropis seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara. Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sudah bebas filariasis.

Sementara itu, dari 514 Kabupaten Kota di Indonesia, 236 kabupaten kota masih endemis. Dari angka tersebut, 105 kabupaten kota sedang masa evaluasi pasca diberikan pengobatan 5 tahun.

Di Tangerang dan DKI Jakarta sendiri sudah bersih dari filariasis namun masih sangat rentan. Sebab, wilayah sekitarnya seperti Bekasi, Depok, dan Bogor masih endemis filariasis.

2. Pencegahannya dengan obat

Karena gejala filariasis timbul setelah 5 tahun pasca terinfeksi, pengobatan rutin diberikan pemerintah secara gratis selama 5 tahun. Setiap tahunnya dalam satu hari di bulan Oktober, pemerintah memberikan satu tablet obat ke semua masyarakat di daerah endemis.

Obatnya sendiri terdiri dari dua jenis yaitu DEC dan Albendazol. Obat tersebut tak hanya membunuh cacing filariasis namun juga jenis cacing lainnya.

3. Efek samping obat

Pemberian obat pencegahan tersebut memberi efek samping berupa mual muntah, sakit kepala, dan demam. Ini biasanya terjadi pada mereka yang memang positif memiliki cacing filariasis di tubuh. Namun gejalanya akan hilang dalam waktu 3 hari.

4. Tidak menular lewat seks

Cacing filariasis menyebar melalui nyamuk sebagai media penularannya. Sehingga, bersenggama atau berhubungan seks dengan penderita, tidak menimbulkan penularan pada orang lain.

5. Tidak menular ke janin

Pasien hamil yang terkena filariasis tidak dapat menularkannya pada janin. Sebab, cacing filariasis hanya tinggal di darah dan tidak bisa menembus plasenta.