Perempuan Waspada, Hipertensi Paru Lebih Banyak Mengintai Anda!
- Pixabay/422694
VIVA – Penyakit hipertensi paru banyak dialami oleh anak-anak serta perempuan dari negara-negara berkembang. Menurut catatan Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI), hipertensi paru lebih sering diderita anak-anak hingga usia dewasa pertengahan, dan perempuan dengan perbandingan 9:1, di mana mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.
Hipertensi paru adalah suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi di arteri paru. Ini membuat jantung kanan bekerja ekstra keras dan dapat berakibat fatal dalam waktu cepat.
"Karena memang di Indonesia, karakteristik early screening kurang bagus sehingga background kelainan jantung bawaan, yang paling banyak menjadi pemicu hipertensi paru, tidak tertangani sejak dini. Itu yang membuat anak-anak lebih banyak mendapatkan kasus ini," ujar spesialis jantung paru dan spesialis penyakit dalam, Dr. Lucia Kris Dinarti SpPD SpJP, dalam diskusi publik Hipertensi Paru di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin, 24 September 2018.
Namun, data dari RS Sardjito, Yogyakarta menemukan bahwa kasus ini memang didominasi kaum perempuan sebanyak 79 persen. Bahkan, mayoritas diidap oleh perempuan usia produktif dengan rentan 17-40 tahun.
Kris menambahkan, pemicu penyakit ini pada perempuan masih sangat sulit dikenali, termasuk teori hormonal yang belum dibuktikan secara ilmiah. Kasus penyakit jantung bawaan (PJB) kemudian masih menjadi pemicu utama dari tingginya kasus hipertensi paru pada wanita.
"PJB dan penyakit autoimun seperti lupus merupakan penyakit mendasar yang memang banyak ditemukan pada kaum wanita juga. Otomatis kasus hipertensi paru pada perempuan juga meninggi," kata dia.
Meski begitu, bukti studi yang belum banyak terkait penyebab angka perempuan lebih tinggi pada hipertensi paru, tak membuat pencegahannya tidak bisa dijalani sejak dini. Kris menegaskan, penyebab penyakit mendasar tersebut bisa ditangani sebelum terjadi komplikasi berbahaya seperti hipertensi paru.
"Penyakit yang bisa dicegah, yaitu kelainan jantung bawaan tersebut yang kalau ditemukan sedini mungkin, tidak jatuh ke hipertensi paru. Kalau sudah terlambat, hanya rem keparahannya saja," tuturnya.