Ingin Lebih Ramping, Tunda Sarapan dan Makan Malam Lebih Awal
- Pixabay
VIVA – Selama ini mungkin Anda sering mendengar untuk tidak melewatkan atau menunda sarapan jika ingin menurunkan berat badan. Tapi ternyata sebuah riset terbaru menemukan bahwa menunda sarapan ternyata juga bisa membantu menurunkan berat badan.
Tak hanya menunda sarapan, para peneliti di The University of Surrey mengungkapkan, makan malam lebih awal juga membantu menurunkan berat badan. Mereka menemukan bahwa memiliki jeda 90 menit lebih lambat dari sarapan biasanya dan makan malam lebih awal dapat membantu mengurangi lemak tubuh.
Dilansir laman Metro, dalam penelitian ini, peserta diminta untuk menjalankan pola waktu makan terbatas, suatu bentuk puasa intermiten, selama 10 minggu. Peneliti menyelidiki dampak perubahan waktu makan pada asupan makanan, komposisi tubuh dan penanda risiko darah untuk diabetes dan penyakit jantung.
Ada dua kelompok dalam penelitian ini, mereka yang makan sarapan 90 menit lebih lambat dari biasanya dan makan malam mereka 90 menit sebelumnya, dan kelompok kontrol yang menjaga waktu makan mereka tetap sama seperti biasanya. Peserta juga diharuskan untuk memberikan sampel darah dan menyerahkan buku harian diet sebelum dan selama proyek dan umpan balik lengkap segera setelah penelitian.
Mereka memiliki kebebasan penuh dengan makanan yang mereka makan, sehingga para peneliti dapat menilai apakah diet jenis ini mudah diikuti dalam kehidupan sehari-hari. Tim peneliti University of Surrey menemukan, bahwa mereka yang mengubah waktu makan, kehilangan rata-rata lebih dari dua kali lebih banyak lemak tubuh dibandingkan mereka yang makan seperti biasa.
Meskipun tidak ada batasan pada apa yang bisa dimakan oleh para peserta, para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengubah waktu makan mereka, makan lebih sedikit daripada kelompok kontrol. Peneliti menjelaskan, makan pada interval waktu yang tepat membuat responden makan lebih sedikit karena kurangnya nafsu makan, kesempatan makan, dan mengurangi camilan, terutama di malam hari.
Namun, data percontohan ini masih cukup kecil sehingga para peneliti ingin melakukan penelitian yang lebih besar untuk melihat apakah pemberian makan yang dibatasi waktu memiliki manfaat kesehatan yang luas.
Pemimpin studi, Dr Jonathan Johnston berkata, "Meskipun studi ini masih skala kecil, itu memberi kami wawasan yang sangat berharga tentang bagaimana perubahan kecil pada waktu makan kita dapat bermanfaat bagi tubuh kita."
"Pengurangan lemak tubuh mengurangi peluang kita untuk mengembangkan obesitas dan penyakit terkait, jadi sangat penting dalam meningkatkan kesehatan kita secara keseluruhan," kata dia.
Namun, diakui Jonathan, diet puasa akan sulit untuk diikuti dan mungkin tidak selalu kompatibel dengan keluarga dan kehidupan sosial.
"Oleh karena itu kami perlu memastikan bahwa mereka fleksibel dan kondusif untuk kehidupan nyata, karena manfaat potensial dari diet semacam itu jelas terlihat. Kami sekarang akan menggunakan temuan awal ini untuk merancang penelitian yang lebih besar dan lebih komprehensif tentang pemberian makan yang dibatasi waktu," ujarnya menambahkan.