Anak Sering Terlihat Lesu, Waspada Anemia
- pixabay/Kadie
VIVA – Orangtua seringkali tidak menyadari gejala anemia pada anak. Akibatnya, mereka seringkali terlambat menyadari kehadiran penyakit ini pada si buah hati.
Gejala anemia pada anak meliputi kehilangan selera makan, sulit fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh dan gangguan perilaku. Orang awam lebih mengenal dengan Gejala 5L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), wajah pucat, kunang-kunang.
Berdasarkan laporan Anemia Convention 2017, prevalensi anemia di Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85 persen, dengan wanita dan anak-anak sebagai penderita terbanyak. Terdapat 202 juta wanita di Asia Tenggara dan 100 juta wanita di Pasifik Barat berusia 15-49 tahun yang terjangkit anemia.
Sementara secara global, 41,8 persen wanita hamil dan hampir 600 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah menderita anemia, di mana 60 persen dari kasus wanita hamil dan sekitar setengah dari kasus anemia pada anak disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Tercukupinya nutrisi dalam 1000 hari pertama kehidupan merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap anak, dan ini harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Ginekolog MA. Corazon Zaida N. Gamila, M.D., FPOGS dari Filipina mengungkapkan, peran zat besi sebagai salah satu mikronutrisi yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilan yang menentukan kualitas kesehatan anak di masa depan.
"Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan risiko terjadinya pendarahan, pre-eklamsia, dan infeksi. Ibu hamil yang menderita ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi,” ujar Gamila dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Senin 23 Juli 2018.
Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Murti Andriastuti SpA(K) menambahkan, Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor serta kognitif.
Meski dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat akibat anemia bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Untuk itu, Murti menyarankan, pemberian suplementasi zat besi sebaiknya dilakukan sejak dini, sebelum defisiensi besi pada anak menjadi Anemia Defisiensi Besi.