Banyak Konsumsi Daging Merah Tingkatkan Risiko Endometriosis
- Pixabay/agamaszota
VIVA – Sebuah studi yang dilakukan selama 22 tahun pada 82.000 wanita di Amerika Serikat berkesimpulan bahwa mengurangi konsumsi daging merah bisa menurunkan risiko mengalami endometriosis.
Studi yang dilakukan oleh peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Centerdi Washington ini mengungkapkan, wanita yang mengonsumsi daging merah dua kali sehari memiliki 56 persen risiko mengalami gejala-gejala endometriosis lebih besar, dibanding mereka yang lebih sedikit mengonsumsi daging dalam seminggu.
"Konsumsi daging merah bisa menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dari endometriosis," demikian kesimpulan studi tersebut, dikutip dari laman Metro.co.uk, Selasa, 3 Juli 2018.
Endometriosis terjadi ketika sel di lapisan rahim ditemukan di bagian lain tubuh, seperti di usus atau indung telur.
Setiap bulan, sel-sel tersebut bereaksi dengan cara yang sama ketika berada di rahim, menumpuk kemudian memecah. Hal tersebut memicu pendarahan, menstruasi yang berat, nyeri, kelelahan, dan bisa menyebabkan masalah infertilitas. Begitu juga dengan masalah usus dan kandung kemih.
Meski penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui, tapi para ilmuwan studi ini berpendapat bahwa konsumsi daging merah yang tinggi bisa mempengaruhi hormon yang memicu kondisi ini.
Studi ini juga bukan pertama kalinya yang menyebut daging merah sebagai pemicu berbagai masalah kesehatan.
Di bulan April kemarin, sebuah studi yang dilakukan oleh University of Leeds mengatakan bahwa pola makan tinggi daging merah bisa meningkatkan risiko berbagai macam kanker usus besar pada wanita.
Dan, di awal tahun ini, University of Glasgow menerbitkan sebuah studi dari 273.466 wanita yang mengatakan bahwa wanita paruh baya yang mengonsumsi tiga potong bacon atau daging babi selama seminggiu mengalami peningkatan peluang menderita kanker payudara.