Usia Rentan Melahirkan yang Bisa Picu Kematian Ibu dan Bayi

ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Angka kematian ibu melahirkan masih sangat tinggi di Indonesia. Wilayah Indonesia yang memiliki angka kematian ibu dan bayi tertinggi adalah Indonesia Timur.

Meski demikian, Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Dr. Eni Gustina, MPH menyebutkan, kasus kematian ibu dan bayi dibedakan menjadi dua yaitu dari sisi jumlah dan angka. Jika dilihat dari angka absolut, jumlah penduduk yang tinggi di lima provinsi besar di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara, berkaitan dengan tingginya angka kehamilan.

"Kalau banyak yang hamil, yang meninggal juga banyak," kata Eni kepada VIVA di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kehamilan yang direncana bisa menjadi solusinya, namun sayangnya banyak yang akhirnya 'kebobolan' karena tidak melakukan program Keluarga Berencana (KB). Program KB menjadi salah satu yang berkontribusi pada berkurangnya angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

"Kalau kesehatan itu sebagai penjaga gawangnya. Makanya seperti Ibu Menkes juga sampaikan, kehamilan yang direncanakam otomatis kehamilan yang disayang, secara umur dan waktu tepat, secara ekonomi siap, dukungan keluarga juga siap," tuturnya.

Di samping itu, usia menikah yang kini semakin muda juga berpengaruh besar pada angka kematian ibu dan bayi. Eni mengungkapkan, data Riskesdas 2013 menyebutkan kematian ibu melahirkan di bawah 20 tahun sebanyak 6 persen, di atas 35 tahun 25 persen.

"Jadi 31 persen itu adalah karena faktor usia yang terlalu muda atau tua," ujar Eni.

Jika ditelusuri, menikah di usia muda tidak hanya berisiko pada kehamilan pertama saja. Tapi, juga di kehamilan berikutnya. Hal ini disebabkan pada rahimnya belum siap tapi sudah dipaksakan untuk hamil, sehingga risiko penyakit lain juga semakin tinggi.