Sering Dibuang, Sulur Buah Naga Ternyata Bisa Cegah Kanker

Buah naga.
Sumber :
  • Pixabay/Febee

VIVA – Siapa yang tak kenal buah naga? Daging buahnya yang manis dan banyak mengandung air, sangat segar dijadikan sebagai hidangan pencuci mulut. Selain lezat, buah naga juga dikenal memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.

Bicara soal khasiat buah naga, selama ini umumnya orang hanya terfokus pada buahnya saja. Tapi jangan salah, bagian sulur tanaman buah dengan kulit berwarna merah muda keunguan ini tak kalah bermanfaat, lho.

Sulur ini mirip lidah buaya tetapi lebih tipis dan panjang. Warnanya hijau, pinggirnya berduri dan tengahnya lunak. Jika dikupas mirip seperti lidah buaya.

Selama ini sulur tak dimanfaatkan. Hanya dianggap sebagai limbah. Untuk itu sejumlah peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Dimas Andrianto, Hasim, Ella Deffi Lestari, Didah Nur Faridah melakukan penelitian kandungan antioksidan pada sulur tanaman buah naga.

“Kami sudah menguji dalam skala laboratorium bahwa sulur buah naga memiliki potensi antioksidan yang menjanjikan. Sulur ini dapat kita konsumsi,” kata Dimas dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA, beberapa waktu lalu.

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat meredam reaktivitas radikal bebas, yang menimbulkan beragam penyakit.

Radikal bebas adalah reaksi oksidasi, misalnya polusi, makanan tidak sehat seperti fast food atau makanan yang dibakar, biasanya menghasilkan senyawa yang teroksidasi, dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti kanker, jantung koroner, dan sebagainya.

Untuk melawan reaksi oksidasi atau radikal bebas tersebut kita butuh antioksidan, yang biasanya kita dapatkan dari asupan buah-buahan.

Kebutuhan antioksidan dapat diperoleh dari senyawa yang memiliki aktivitas antiok­sidan. Banyak tanaman yang telah dilaporkan memiliki potensi sebagai sumber an­tioksidan alami, di antaranya buah naga. Buah naga dikenal sebagai buah yang memiliki aktivitas antioksidan dengan senyawa utamanya, yaitu betalain.

Untuk memanfaatkan sulur sebagai bahan antioksidan, harus diatur jumlahnya me­lalui pemangkasan, dengan tujuan menjaga tanaman tetap dalam kondisi ideal, tidak tercipta kondisi lem­bap dan pertanaman yang rapi. Kendala yang ditemukan, hasil pemangkasan sulur tersebut masih kurang termanfaatkan dengan optimal.