Metode Dr Terawan yang Dipecat MKEK IDI Diakui Internasional
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memberikan sanksi pemecatan sementara selama 12 bulan dari keanggotaan IDI sejak 26 Februari 2018-25 Februari 2019 kepada Dr. dr Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K). Dia dianggap melakukan pelanggaran etika kedokteran karena metode penyembuhan stroke yang dipakainya.
MKEK PB IDI juga mencabut izin praktik Dokter Terawan. Dr. dr Terawan kali pertama dikenal karena praktik terapi cuci otak dalam penyembuhan penyakit stroke. Dengan metode cuci otak yang dikembangkannya, pria kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini membuat para penderita stroke mulai berani dan sadar memeriksakan kesehatan otaknya dengan metode lebih nyaman.
Saat diwawancara VIVA beberapa waktu lalu, dia mengatakan bahwa banyak orang pesimistis menghadapi stroke. Padahal stroke bisa dicegah dan diobati. "Orang itu merasa otaknya superpower dan tidak akan rusak, menganggap kalau stroke ya sudah, orang sudah pesimis menghadapi stroke, padahal stroke bisa dicegah, bisa diobati bisa diperbaiki asal edukasinya tepat," kata dia.
Metode penyembuhan stroke yang disebut brain flushing itu sempat menuai kontroversi. Namun metode yang tertuang dalam disertasinya bertajuk Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis diakui di dunia kedokteran internasional.
"Risetnya ada, gelarnya doktor enam orang itu tidak sedikit, dan ini menjadi evidence based dunia. Artinya hal ini karena sudah international published, dan melahirkan 12 international journal. Akhirnya sudah menjadi evidence based, menurut saya ya ini kejutan di dunia," ujarnya.
Terawan menuturkan, tindakan Intra Arterial Heparin Flushing (IAHF) merupakan modifikasi dari penggunaan teknik pencitraan dengan Digital Substraction Angiography (DSA) yang dilanjutkan dengan flushing heparin dengan panduan kateter.
"Cairan heparin itulah yang digunakan untuk melakukan terapi pada otak. Faktanya hanya berselang empat sampai lima jam penderita stroke sudah bisa merasakan hasilnya," kata Kepala RSPAD Gatot Subroto itu.
Berdasarkan pengalamannya, pasien bisa sembuh dari stroke selang 4-5 jam pasca operasi. Metode pengobatan tersebut bahkan telah diterapkan di Jerman dengan nama paten 'Terawan Theory’.
Lewat temuannya itu, dia diganjar Penghargaan Achmad Bakrie XV yang diadakan oleh Yayasan Achmad Bakrie bekerja sama dengan Freedom Institute dan VIVA Group. Penghargaan lainnya, Hendropriyono Strategic Consulting (HSC) dan dua rekor MURI sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak.
Munculnya gugatan tersebut membuat Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) ikut membela Terawan. Menurutnya, alasan pemecatan itu tidak lazim. Padahal metodenya justru telah menolong, baik mencegah maupun mengobati puluhan ribu orang penderita stroke," tulisnya dalam akunnya di Twitter.
“Inilah mengapa saya perlu ikut membela dia. Orang yang dengki terhadap keberhasilan orang lain adalah orang yang tak pandai mensyukuri, bahwa Allah telah memberikan kelebihan pada siapapun yang dikehendakinya,” tutur ARB.