Bukan Hemodialisa, Pasien Kini Bisa Cuci Darah di Rumah

Ilustrasi ginjal.
Sumber :
  • wikybrew

VIVA – Dari kajian ekonomi kesehatan, ada isu yang disoroti terkait tingginya pasien gagal ginjal kronik yang menjalani dialisis. Salah satunya adalah soal ke mana dana hemodialisa ini mengalir paling banyak (ke pemasok alat-alat dan cairan dialisis atau ke penyedia layanan dialisis). Karena total klaim biaya perawatan Hemodialisis (HD) mencapai Rp7,6 triliun, sejak awal BPJS sampai 2016.

Dipaparkan Ketua CHEPS FKMI UI, Prof. Budi Hidayat , Peritoneal Dialisis (PD) sebenarnya lebih cost efektif dibandingkan HD. 

Selain itu kualitas hidup pasien yang menjalani PD umumnya lebih baik, dan tidak membutuhkan klinik atau sarana khusus. 

"Tetapi faktanya berbeda. Di Indonesia, baru 2 persen pasien gagal ginjal yang sudah menggunakan PD (data tahun 2016)," ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua PERSI dalam Pembiayaan Dialisis Pasien JKN, dr. Kuntjoro AP, M.Kes, menerangkan bahwa biaya PD relatif lebih murah. Sebab, PD dapat dilakukan di rumah tanpa memerlukan mesin yang rumit seperti HD.

"HD ini pakai mesin yang rumit dengan sifat penyaringan menyerupai ginjal, biayanya 10 kali lipat lebih mahal dibanding PD. Karena, PD bisa dilakukan di rumah tanpa perlu biaya rumah sakit, transport, pendaftaran, dan sebagainya," kata dia.

Namun, Kuntjoro menegaskan pentingnya melakukan PD secara tepat dan higienis. Selain itu, pasien yang melakukan PD sebaiknya mencatat secara rutin tiap menjalani prosesnya.

"Intinya mudah, bisa mengganti cairan sendiri di rumah melalui rongga perut. Nah, ini yang harus diingat, karena rongga perut butuh higienis, jadi dilakukan secara higienis, kalau tidak bisa infeksi," ujarnya. (one)