Serangan Jantung Usia Muda, Tak Selalu Faktor Gaya Hidup

Pria sesak napas.
Sumber :
  • Pixabay/ HansMartinPaul

VIVA – Penyakit jantung menjadi salah satu pembunuh tertinggi di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi, kini penyakit itu banyak menyerang usia muda.

Meski begitu, penyakit jantung bisa dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat. Selain itu, dr. Vito A. Damay, SpJP(K), M.Kes, FIHA, FICA mengatakan, American heart association merekomendasikan setiap orang yang berusia 20 tahun ke atas, harus sudah pernah cek tekanan darah, pemeriksaan fisik dokter, wawancara klinis dengan dokter, atau sudah pernah medical check up.  

"Termasuk pemeriksan listrik jantung atau EKG, rekam jantung, foto jantung, lalu pernah periksa kolesterol dan kadar gula dalam darah. Itu adalah jenis pemeriksaan yang wajib dilakukan untuk usia 20 tahun ke atas," ujar Vito kepada VIVA.

Vito melanjutkan, di usia 20-an pemeriksaan bisa dilakukan dalam rentang lima tahunan. Bila pada pemeriksaan pertama hasilnya normal, maka pemeriksaan berikutnya dilakukan lima tahun kemudian.

Bila sudah di atas usia 40 tahun, barulah pemeriksaan ini dilakukan setahun sekali.

Membiasakan melakukan pemeriksaan sejak dini, menurut Vito, baik untuk mengurangi risiko penyakit yang lebih parah ketika dewasa. Karena, tanpa kita ketahui ada sebagian orang yang meski berusia muda tapi sudah memiliki kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, ditambah lagi dengan kebiasaan merokok.

"Dia tidak tahu itu, ketika dewasa tiba-tiba kena serangan jantung, stroke, semua serba tiba-tiba, karena sejak awal dia sudah punya bakatnya tapi tidak pernah periksa," kata Vito.

Vito menambahkan, selain pengaruh gaya hidup, penyakit jantung juga bisa dikarenakan penyakit bawaan. Jadi, sekalipun Anda sudah menjalankan gaya hidup sehat, makan sehat dan olahraga teratur, tapi jika sudah ada kelainan bawaan penyakit ini juga tidak bisa dihindari.

"Ada kelainan bawaan yang kita tidak tahu. Kelainan listrik jantung misalnya, makanya ada orang usia muda tiba-tiba meninggal serangan jantung," jelas Vito.

Bisa saja itu bukan serangan jantung, melainkan dia sudah memiliki kelainan jantung bawaan berupa kelainan listrik jantung, sehingga ketika serangan jantung terjadi, diakibatkan kelainan jantung bawaannya.

Meski demikian, kelainan jantung bawaan ini tidak selalu disebabkan faktor genetik. Vito menuturkan, ada beberapa hal yang tidak diturunkan, hanya saja dia memang terlahir dengan kelainan tersebut.

"Itulah kenapa kita harus periksa karena kita tidak pernah tahu punya kelainan bawaan apa, makanya kita harus skrining dulu," imbuh Vito.