Pelakor Lebih Rentan Dibully Dibanding Pebinor, Ini Sebabnya

Masih banyak kalangan yang menganggap perempuan merupakan objek yang mesti disalahkan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Maraknya kasus perebut laki orang atau pelakor memberi kekhawatiran tersendiri di masyarakat. Bahkan, tak sedikit yang mengucilkan perempuan yang dituding pelakor.

Pelakor cenderung dianggap negatif oleh masyarakat dibandingkan kasus pria perebut bini orang atau pebinor. Menurut psikolog anak dan keluarga yang juga Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani Budiantini, hal itu karena konsep pria yang memiliki kekuasaan.

"[Masyarakat] kita itu patriakal, jadi laki-laki lebih memiliki kekuasaan lebih besar dibanding perempuan. Kalau mereka yang merebut istri orang, malah perempuannya yang lebih disalahkan," ujar Sani kepada VIVA.

Menurut dia, masih banyak kalangan yang menganggap perempuan merupakan objek yang mesti disalahkan. Hal ini tentu tidak jauh dari kebudayaan yang dianut di Tanah Air.

"Budaya yang dianut di sini adalah perempuan masih menjadi objek. Jadi jeleknya, kalau ada sesuatu yang buruk dilakukan, perempuan yang disalahkan," lanjut Sani.

Kebudayaan tersebut yang membuat kaum pria lebih banyak dibela oleh masyarakat. Sayangnya, Sani belum melihat ada solusi untuk mengubah pemikiran seperti itu di masyarakat.

"Sistem pembelaan terhadap laki-laki masih lebih banyak, misalnya kasus kekerasan dalam rumah tangga pada perempuan. Pasti tetap perempuannya yang disalahkan, karena perempuan masih dianggap nomor dua dan masih sulit mengubah pikiran seperti itu," kata dia. (ren)