Aksi Keren Guru Honorer Papua, Ajarkan Warga Pakai Jamban
- VIVA/Ayu Utami
VIVA – Brand's Health Awards kembali menganugerahkan penghargaan kepada masyarakat dan pemimpin Indonesia dari berbagai kalangan yang berperan dalam menyosialisasikan pentingnya gaya hidup sehat.
Penghargaan ini diberikan kepada sosok-sosok inspiratif yang telah menerapkan dan berkontribusi nyata mempromosikan gaya hidup sehat kepada masyarakat Indonesia. Dan tahun ini adalah tahun ketiga sejak penghargaan ini disampaikan pertama kali pada 2015.
Penghargaan tahun ini dibagi menjadi lima kategori yaitu Inspiring Gen Sehat Cerdas, Inspirational Health Promoter, Influential Health Community, Noble Health Promoter, dan Inspirational Local Leader.
Vice President and General Manager Suntory-Brand's Indonesia, Agus Setio Joewono, mengatakan bahwa dari tahun ke tahun penyelenggaraan Brand's Health Awards telah memberikan cakrawala informasi yang begitu luas bagi Brand's.
"Tema Generasi Sehat Cerdas kami pilih karena yakin kita harus bersama-sama membangun generasi yang sehat untuk masa depan Indonesia, generasi cerdas yang bijak dalam bersikap dan tidak mudah ikut-ikutan," ucapnya pada acara Brand's Awards 2017 di Jakarta, Selasa 28 November 2017.
Para pemenang Brand's Healthy Awards 2017 yaitu Melanie Putria sebagai penerima penghargaan Inspiring Gen Sehat Cerdas, Ayah ASI menerima penghargaan Influential Health Community, Yali Inggibal penerima penghargaan Inspirational Health Promoter, Bupati Bantaeng Prof. dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah. M.Agr. penerima penghargaan Inspirational Local Leader, dan Prof. dr. Sri Supar Yati, PhD, SpA(K) penerima Noble Health Promoter.
Salah satu pemenang tersebut, seorang guru honorer Yali Inggibal mengatakan bahwa penghargaan ini menjadi motivasi untuknya terus berbuat lebih baik lagi. Ia juga berharap bisa terus memajukan desanya dan menjaga kesehatan lewat membangun kebiasaan hidup yang bersih dengan menggunakan jamban di desa-desa di Papua.
"Di tahun 2012 di Wamena banyak sekali anak-anak yang meninggal akibat kotoran yang bertebaran di mana-mana. Mereka muntah-muntah meninggal, sakit perut meninggal. Karenanya saya sadar bahwa salah satu penyebab kematian tersebut adalah pola hidup yang kotor, karenanya saya mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk mengerti pentingnya memiliki, dan menggunakan WC," ucapnya.
Yali mengatakan bahwa bahan baku yang sangat mahal yang menjadi kendala di Wamena. Salah satunya harga satu kantong semen yang dijual Rp800 ribu. Namun pada akhirnya ia menemukan alternatif dengan menggunakan abu kayu yang terdapat dari sisa warga memasak.
Dari situ lah ia mulai melakukan sosialisasi pembuatan jamban dari rumah ke rumah. Yali juga melakukan pendekatan kepada para kepala suku, agar warga sepakat menerapkan sistem denda bagi mereka yang melanggar peraturan buang air sembarangan. Denda yang harus dibayarkan sebesar Rp300 ribu.
"Sekarang ini hingga 2017 sudah ada 243 jamban abu tungku yang telah saya dan masyarakat Wamena buat. Saat ini sudah tidak ada lagi warga Wamena yang BAB sembarangan, dan jumlah anak yang meninggal karena diare di sana menurun drastis," ucapnya.