Gitar Buatan Seniman Bali Ini Digunakan Musisi Dunia
- VIVA.co.id/ Bobby Andalan/ Bali
VIVA.co.id – Gitar, menjadi alat musik yang mudah ditemui di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, hampir dengan mudah kita menemukan anak-anak tengah bernyanyi menggunakan alat musik gitar.
Ya, gitar merupakan alat musik yang paling banyak digemari lapisan masyarakat dunia. Jika selama ini kita mengenal gitar dengan merk sihir dunia macam Gibson dan lainnya, sesungguhnya Indonesia memiliki pengrajin gitar yang tak kalah baik kualitasnya dengan sejumlah merk terkenal dunia. Bahkan, gitar karya seniman asal Desa Guang, Kabupaten Gianyar, Bali, sudah digunakan oleh musisi-musisi dunia.
Mereka di antaranya adalah grup band asal Kanada Walk of the Earth dan sejumlah pesohor dunia lainnya. Di Indonesia, musisi sekelas Iwan Fals menggunakan gitar karya I Wayan Tuges. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menggunakan gitar buah tangan bapak kelahiran 7 Oktober 1952 tersebut. Ya, gitar karya Tuges rupanya sudah mendunia. Bapak empat anak ini menuturkan, jika gitar karyanya yang telah digunakan musisi dunia dan Indonesia sebanyak 2000.
"Karya saya yang digunakan musisi dunia dan Indonesia belum banyak, baru 2000 saja," ucap Tuges merendah saat ditemui di kediamannya, Rabu 26 Juli 2017.
Saat ini Tuges tengah mengerjakan gitar pesanan kelompok band Walk of the Earth. Uniknya, mereka memesan lima alat musik yang dipadukan menjadi satu di antaranya gitar, ukulele, harpa, calimba dan washboard. Sontak saja, karya Tuges itu merupakan satu-satunya di dunia.
"Saya mengerjakannya selama lima bulan. Ini karya monumental saya karena hanya ada satu di dunia. Harganya murah U$D10.000 (Rp133,3 juta)," ujarnya.
Ciri khas gitar karya Tuges adalah pada ukirannya. Tiap gitar karyanya selalu ada ukiran sebagai penanda karyanya. Selain sebagai karya seni, Tuges menyebut ukiran yang dibuatnya pada gitar karyanya bisa mempengaruhi suara. "Ukirannya akan membuat suara gitar semakin lebih bagus," katanya.
Itu sebabnya, musisi kelas dunia seperti Paul Deslaurier, Golden Warung Band, George Kooymanns menggunakan gitar buatan Tuges. Uniknya, Tuges mengakui dengan jujur jika ia tak bisa memainkan alat musik tersebut. Setiap usai membuat karya, Tuges hanya membunyikan senar gitar saja untuk mengetahui kualitas suara.
"Sungguh saya tidak bisa bermain gitar. Kalau sudah selesai buat karya, saya dengar saja bunyinya. Saya jreng gitulah. Dari suara saya sudah tahu gitar itu bagus atau tidak," ungkapnya.
Itu pula yang membuatnya sempat khawatir kala pertama kali pameran di Montreal Jazz Festival pada 2007. Di sana, Paul Deslaurier mencoba gitarnya. Tuges merasa khawatir karyanya akan dicemooh. Di luar dugaan, Paul menyukai karya Tuges dan langsung membelinya. "Katanya gitar saya ada soul-nya. Padahal awalnya saya sempat khawatir apakah gitar saya bunyinya bagus atau tidak. Ternyata sungguh menggembirakan. Dari sana karya saya mulai mendunia," kenang Tuges.
Tuges menceritakan, dalam membuat karya ia selalu 'melibatkan' Tuhan. Sebagai orang Hindu Bali, proses ritual keagamaan melekat padanya dalam setiap memulai aktivitas. "Memang kalau di Bali setiap segala sesuatu harus ada doa melalui sesaji. Karena bagaimana pun kita harus permisi dengan Tuhan. Degan begitu, soul-nya dapat. Sebelum membuat gitar saya menempatkan Dewa-Dewa di tubuh kita. Jadi, kelihatannya saja kita bekerja, padahal yang mengerjakan sesungguhnya adalah Dewa-Dewa.” (mus)