Bahaya Tersembunyi Sampah Plastik di Laut
- VIVA.co.id/Bimo Aria
VIVA.co.id – Indonesia ialah salah satu negara dengan wilayah lautan terluas, atau sekira 1,9 juta kilometer persegi. Ironisnya dengan laut yang sedemikian luas, Indonesia juga penghasil sampah plastik ke laut nomor dua di dunia. Jumlahnya 1,29 juta ton per tahun setara dengan 200 ribu kali lipat berat gajah Afrika dewasa.
Kondisi ini tentu akan semakin berbahaya jika terus-menerus didiamkan. Bukan hanya pada lingkungan, dan ekosistem laut, tapi juga pada keselamatan manusia. Menurut, Swietenia Puspa Lestari, penggagas Divers Clean Action (DCA), sebagai sumber kehidupan, semua yang dihasilkan laut akan kembali lagi ke manusia, termasuk sampah.
"Laut kita kaya banget sumber kehidupan, air, gizi, dan pariwisata, turis saja banyak yang complain karena laut kita kotor. Dan bayangkan jika ikan di laut kita makan plastik, dan kemudian kita makan ikan itu, ini akan bahaya. Karena plastik juga mengandung karsinogen," kata Tenia kepada VIVA.co.id, di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Rabu 10 Mei 2017.
Divers Clean Action merupakan sebuah upaya yang digagas oleh Tenia bersama beberapa penyelam muda lainnya untuk terus membersihkan sampah yang ada di laut, dan melakukan sejumlah kampanye-kampanye terkait.
Beberapa waktu lalu, Divers Clean Action, juga berhasil mencatat perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan dan sumber lainnya (packed straw). Sementara itu, 93.244.857 sedotan tersebut dapat disetarakan dengan 16.784 km atau sama dengan dengan jarak yang ditempuh dari Jakarta ke Mexico City.
Hari ini, VIVA.co.id berkesempatan untuk turun langsung bersama dengan DCA untuk menyisir sampah, terutama sampah sedotan plastik yang tersebar di sekitar Pulau Pramuka. Kegiatan ini dalam salah satu kampanye bernama #NoStrawMovement.
Sejak sekitar pukul 09.00 WIB, sekira 60 orang menyisir sebagian pantai Pulau Pramuka untuk membersihkan sampah sedotan plastik. Setelah selama kurang lebih 45 menit, grup besar tadi dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok bertugas membersihkan laut dengan melakukan snorkeling, dan kelompok lainnya dengan menyelam.
Dengan waktu yang kurang lebih sama, sampah yang terkumpul pun cukup fantastis, yakni sebanyak 81,1 kilogram setara berat orang dewasa. Sementara itu, 1,4 kilogram di antaranya ialah sampah sedotan.
"Sampah tadi kami pilah-pilah, ada yang sampah plastik, kemudian popok dan kain, ada juga lampu baterai dan peralatan elektronik," ungkap Tenia.
Tenia melanjutkan, sampah-sampah ini nantinya akan diserahkan ke dinas terkait untuk dimusnahkan. Memang, menurutnya, masih disayangkan bahwa pengolahan sampah berkelanjutan masih belum terlaksana. "Tapi bukan berarti tidak mungkin," tuturnya.
Menurutnya, selain dengan mengurangi penggunaan sampah plastik atau barang sekali pakai, yang terpenting dilakukan ialah dengan memulai untuk menjadi contoh pada anak muda. "Dan dengan bergaul bersama teman-teman yang sadar akan lingkungan, kita juga bisa menyebarkan tren ini ke masyarakat luas," kata dia.