Yuk, Lestarikan Lagi Permainan Tradisional Masa Kecil
- VIVA.co.id/Bimo Aria
VIVA.co.id – "Wah ada terang bulan, kita main yuk," kata seorang bocah laki-laki kecil yang kemudian disusul dengan sekelompok bocah lainnya yang berjumlah kurang 10 orang.
Mereka pun kemudian dengan riang memainkan sejumlah permainan tradisional, mulai dari gasingan, kentongan, hingga ular naga. Permainan yang barangkali begitu asing bagi anak kelahiran setelah tahun 2000-an.
Opera ini menjadi pembuka pameran persembahan dari Bentara Budaya Jakarta dan Gudang Dolanan bertajuk Menyelami Kegairahan Masa Kecil. Acara ini mengajak masyarakat untuk kembali menengok kegembiraan anak dengan sejumlah permainan tradisional, yang kini banyak ditinggalkan.
"Perubahan zaman telah meminggirkan permainan anak tradisional dari ruang kehidupan hari ini. Boleh dikatakan, permainan anak tradisional ini sebagai kekayaan kebudayaan yang nyaris punah," kata Frans Sartono, General Manager Bentara Budaya, membuka acara tersebut, di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta.
Di samping itu, Endi Aras pendiri Gudang Dolanan, sekaligus penggagas acara ini juga mengatakan bahwa pameran ini untuk mensosialisasikan kembali permainan tradisional yang semakin hari kian tergerus oleh perubahan zaman.
"Ini untuk mesosilisasikan permainan Indonesia untuk berangkat tur 100 kota Jawa-Bali. Kami ingin anak-anak mengenal permaianan tradisional Indonesia yang sekarang ada," kata Endi, di tempat yang sama.
Dalam pameran yang akan berlangsung mulai dari 23 hingga 28 Februari, mulai pukul 10.00-18.00 WIB ini, Endi mengatakan bahwa dia membawa sekira 400 buah permainan tradisional dari seluruh Indonesia, dengan beragam jenis, mulai dari gasing, congklak, hingga pletokan bambu.
Hal ini didasari oleh keresahannya akan anak zaman sekarang yang tidak lagi mengenali mainan tradisional yang merupakan salah satu warisan sejarah bangsa.
"Keresehannya karena anak-anak sudah mainnya sudah beda, kemudian sayang kalau ini lama-lama ditinggalin karena akan mengalami kepunahan, ini kepunahan bangsa," ungkap dia.
Frans juga menambahkan, "Kita ingin menengok kembali artefak budaya dengan segala kegembiraan dan kearifan yang terkandung di dalamnya."