Terungkap! 8 Alasan yang Bikin Wenny Myzon Terus Berulah Usai Dipecat, Menurut Pandangan Psikolog

- TikTok @wennymyzon1
Jakarta, VIVA – Nama Dwi Citra Weni alias Wenny Myzon sempat mengejutkan publik dengan unggahan di akun TikToknya beberapa waktu lalu. Dirinya sempat membuat konten yang menghina karyawan honorer yang menggunakan BPJS Kesehatan.
Akibat ulahnya itu, Wenny harus menerima nasib dipecat dari PT Timah, Tbk. Namun sayangnya, sosok Wenny lagi-lagi membuat geram dengan konten-konten yang dimuatnya di media sosial. Scroll untuk tahu informasi selengkapnya, yuk!
Beberapa waktu lalu Wenny sempat membuat konten yang memperlihatkan pekerjaannya sebagai penjual jamu. Namun lagi-lagi, dia menyindir masyarakat yang menggunakan BPJS Kesehatan di sela-sela video tersebut.
“Guys buat kalian kaum BPJS ya, budget pas-pasan tapi jiwa sosialita daripada kalian mengantre berobat di dokter cenjungan mending kalian minum jamu ibu suri,” kata dia.

Wenny Myzon, Eks Pegawai PT Timah Tbk
- TikTok @wennymyzon1
Tak sampai di situ, dia juga sempat membuat pernyataan kontroversial terkait dengan dugaan korupsi yang melibatkan petinggi di PT Timah Tbk. Dalam unggahan akun TikToknya, Wenny mengklaim bahwa salah satu petinggi tersebut yang berusaha menyingkirkannya justru terlibat dalam praktik korupsi.
“Cie cie berusaha banget menumbangkan saya, dari membayar wartawan buat berita menggiring opini ‘honorer’ menjadi ‘honorer’ dan sekarang ketahuan deh nge up ke Lamtur,” tulisnya
“Nanti video sepatu tas yang katanya KW saya post gimana? Ups, lupa punya saudara di KPK ya. Gapapap setidaknya masyarakat tau kalau selama ini dikibuli,” sambung unggahannya.
Pandangan psikolog
Berkaca pada sosok Wenny, jika dilihat dari sisi psikologis, apa yang membuat banyak orang nekat melakukan hal-hal aneh usai dipecat dari tempatnya bekerja? Terkait hal itu, psikolog klinis, Meity Arianty angkat bicara.
Dia menjelaskan jika melihat media sosial saat ini, platform tersebut merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan perhatian dengan menumpahkan segala hal, baik yang menyenangkan maupun yang tidak.
Namun sayangnya, kebanyakan orang justru memilih melampiaskan kemarahan, kekesalan atau kesedihannya di medsos. Hal ini adalah bentuk lain dari upaya mencari perhatian agar semakin diperhatikan dan mendapat simpati orang lain.
“Alih-alih mendapatkan perhatian yang positif biasanya justru berakhir dengan bullying, dan hal ini terjadi saat seseorang tidak menggunakan sosial media secara bijak, salah satunya yang terjadi dengan kasus ibu pegawai PT Timah yang menghina pengguna BPJS,” kata dia saat dihubungi VIVA, Senin malam 10 Februari 2025.
Meity melihat pasca wanita tersebut meminta maaf dan dipecat dari perusahaan, tapi malah membuat konten yang lebih kontroversial, bisa terjadi lantaran beberapa alasan. Pertama rasa malu yang besar.
“Bisa dibayangkan ia telah minta maaf yang artinya itu merendahkan dia secara pribadi sebab bisa jadi tidak menyadari kesalahannya sebab saat menyampaikan permintaan maaf-pun kesannya membaca dan tidak tulus menyampaikan (bisa di lihat dari gestur dan mimiknya dan mata yang bergerak ke sana kemari entah apa yang dipikirkannya,” bebernya.
Kedua karena kemarahan yang tidak dapat dibendung dan tidak tahu harus melampiaskan ke mana, namun efek pemecatan mengakibatkan ia semakin marah. Ketiga adanya tumpukan emosi yang tidak dapat dibendung lagi dan kombinasi kepribadian impulsif, yang mendorong seseorang melakukan tindakan yang nekat.
Keempat tidak tahu cara lain yang lebih baik yang dapat ia lakukan selain melampiaskan kemarahannya di sosial media dan menyasar orang-orang yang telah memecatnya dalam hal ini tempat ia bekerja.
Kelima kurangnya kontrol atau kendali diri yang mengakibatkan seseorang tidak berpikir panjang atas perbuatannya. Keenam mencari perhatian untuk mendapatkan simpati, walau pada akhirnya karena cara yang salah sehingga hasilnya pun bisa menjadi lebih buruk.
Ketujuh putus asa, sebab terlalu banyak tekanan seperti dari sosial media, keluarga, lingkungan sekitar yang membuat seseorang dapat hilang arah hingga terlintas pikiran untuk berbuat nekat.
“Perbuatan ini diambil tanpa memikirkan risikonya. Tindakan Ibu tersebut bisa jadi justru lebih menyakiti atau merugikan diri sendiri maupun orang lain, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kegaduhan dan efek yang lebih panjang,” katanya lebih lanjut.
Alasan kedelapan lantaran merasa dirinya tidak berharga.
“Setelah di bully di sosial media seseorang akan merasa malu, marah, sedih dan merasa tidak berharga sehingga biasanya bertindak lebih nekat lagi,” pungkasnya.