Tak Hanya Soal Barongsai, ini 8 Tradisi Unik Imlek yang Cuma Ada di Indonesia

Jakarta, VIVA – Tahun Baru Imlek merupakan perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sejak kedatangan komunitas Tionghoa ke Nusantara antara abad ke-4 hingga ke-7 Masehi, budaya mereka telah berakulturasi dengan tradisi lokal, menciptakan berbagai perayaan khas yang unik di setiap daerah.

Tidak hanya identik dengan warna merah, barongsai, dan angpau, perayaan Imlek di Indonesia juga diwarnai dengan tradisi khas yang berbeda di berbagai wilayah.

 Dari kirab budaya hingga ritual keagamaan, setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam menyambut tahun baru berdasarkan kalender lunar ini. 

Penasaran dengan tradisi unik Imlek yang hanya bisa ditemukan di Indonesia? Berikut beberapa di antaranya!

1. Grebeg Sudiro, Solo

 Di kawasan Sudiroprajan, Surakarta, terdapat tradisi Grebeg Sudiro yang merupakan perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa.

 Acara ini menampilkan kirab budaya dengan arak-arakan gunungan kue keranjang yang diakhiri dengan rebutan kue tersebut oleh masyarakat, yang dipercaya membawa berkah.

Selain itu, area sekitar Pasar Gede dihiasi dengan lampion merah yang menambah semarak perayaan.

Menjelang Imlek, masyarakat Tionghoa di Bali melakukan tradisi membersihkan patung dewa dan wihara. Kegiatan ini bertujuan untuk menghormati dewa-dewa yang mereka sembah serta memberikan kenyamanan bagi umat yang akan melaksanakan sembahyang. 

Tradisi ini juga mencerminkan toleransi antara masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu dan warga etnis Tionghoa.

Di kawasan Glodok, Jakarta, terdapat tradisi Patekoan, yaitu memberikan air teh gratis kepada siapa saja yang melintas. Tradisi ini diselenggarakan oleh Pancoran Tea House dan telah ada sejak tahun 1920-an. 

Dalam bahasa Mandarin, "pat" berarti delapan dan "tekoan" berarti teko. Tradisi ini bermula ketika Kapten Gan Dji dan istrinya meletakkan delapan teko teh untuk para pedagang dan orang-orang yang kelelahan.

Di Selatpanjang, Riau, terdapat tradisi Cian Cui atau perang air yang berlangsung selama enam hari berturut-turut.

 Masyarakat berkumpul di pinggir jalan atau mengelilingi kota dengan becak, saling menyiram air menggunakan pistol air atau ember. Tradisi ini hanya ada di dua negara, yaitu Thailand dengan nama Songkran dan Indonesia dengan nama Cian Cui.

Di Singkawang, Kalimantan Barat, terdapat tradisi Tatung, yaitu atraksi kesaktian di mana peserta menusukkan benda tajam ke tubuh mereka. 

Dalam bahasa Hakka, Tatung berarti orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Tradisi ini merupakan akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dan masyarakat Dayak, yang dipercaya dapat menangkal roh jahat dan membersihkan kota dari nasib buruk.

Vihara Dharma Bhakti di kawasan Kota Tua Jakarta menjadi pusat kegiatan sembahyang bersama saat Imlek. 

Vihara ini dipadati oleh umat yang ingin bersembahyang, dengan hiasan khas Imlek yang serba merah dan aroma hio yang khas.

Di Bogor, Jawa Barat, perayaan Imlek dimeriahkan dengan pawai yang menampilkan berbagai kesenian tradisional, termasuk pertunjukan barongsai dan liong. 

Pawai ini menjadi ajang bagi masyarakat untuk merayakan Imlek dengan meriah dan menunjukkan keragaman budaya yang ada.

Di Yogyakarta, perayaan Imlek dimeriahkan dengan Pekan Budaya Tionghoa yang menampilkan berbagai pertunjukan seni, seperti Wayang Potehi, musik, tari, sulap, serta atraksi naga dan barongsai