Deretan Tradisi Imlek, dari Hidangan Khusus hingga Prosesi Bakar 'Emas'

Ilustrasi pernak-pernik Imlek.
Sumber :
  • VIVA/Dusep Malik

VIVA – Hari ini masyarakat Tionghoa di berbagai dunia menyambut Tahun Baru Imlek. Identik dengan warna merah dan emas serta balutan dekorasi yang semarak, Imlek menjadi momen istimewa untuk berkumpul bersama keluarga, mengungkapkan rasa syukur, dan berharap keberuntungan di tahun yang baru. 

Namun, selain Imlek, tahukah kamu ada tradisi menarik lainnya dari masyarakat Tionghoa-Indonesia yang juga punya nilai filosofis dan makna yang mendalam? Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Berikut ini rangkuman deretan tradisi Imlek yang dibagikan kreator TikTok asal Tangerang, Elsa Novia Sena @elsa.novias.

1. Tahun Baru Imlek: Hidangan Hingga Aktivitas Wajib untuk Undang 'Keberuntungan'

Untuk merayakan tahun baru menurut kalender Tionghoa ini, komunitas Tionghoa di Indonesia biasanya sibuk mempersiapkan berbagai hidangan yang wajib disajikan saat Imlek saat berkumpul dengan keluarga.

Tak hanya nikmat, berbagai hidangan ini punya makna khusus.

Di salah satu kontennya, Elsa menjelaskan berbagai makna dibalik hidangan khas Imlek, mulai dari lapis legit yang melambangkan rezeki yang berlapis-lapis; manisan segi delapan, di mana angka delapan melambangkan rezeki, keberuntungan, dan keutuhan yang tidak pernah putus; dan jeruk mandarin yang warnanya menyerupai emas dan melambangkan rejeki melimpah.

Selain hidangan yang lezat, ternyata, ada juga beberapa aktivitas yang dilarang saat Imlek, loh.

Misalnya, memakai pakaian berwarna hitam dan putih yang melambangkan duka; menyapu maupun keramas saat Imlek yang setara dengan 'membersihkan keberuntungan'; dan bersedih saat Imlek karena dipercaya akan mendatangkan kesedihan sepanjang tahun.

2. Cap Go Meh: Arak-arakan Keliling Kota untuk 'Usir' Kesialan

Setelah Hari Imlek usai, bukan berarti perayaan awal tahun di kalender Tionghoa berakhir. Setiap hari ke-15 setelah Imlek, masyarakat Tionghoa akan merayakan Cap Go Meh, yakni perayaan puncak dari tahun baru Imlek.

Biasanya perayaan ini dilakukan dengan arak-arakan meriah di sepanjang jalan, festival lampion, serta pertunjukan Barongsai yang menandakan kesuksesan, keberuntungan dan pengusir hal-hal buruk.

Elsa menceritakan, di Indonesia, Cap Go Meh juga dirayakan dengan meriah oleh masyarakat Tionghoa di beberapa daerah di Indonesia. Sebagai contoh, di Pontianak dan Singkawang, perayaan ini dirayakan dengan pawai Tatung.

Tatung sendiri adalah sebutan untuk orang yang dirasuki oleh roh leluhur, yang selanjutnya akan diarak mengelilingi kota dengan tujuan untuk menolak bala (kesialan).

Selain itu, mirip seperti Imlek, Cap Go Meh juga memiliki hidangan khas seperti lontong Cap Go Meh, serta hidangan lainnya yang juga disantap saat Imlek seperti kue keranjang dan jeruk mandarin.

3. Tradisi Ceng Beng: Bakar 'Emas' hingga 'Mobil' Saat Ziarah

Dua bulan setelah peringatan Imlek, masyarakat Tionghoa-Indonesia biasanya akan merayakan Ceng Beng atau Qing Ming, upacara tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan berziarah ke makam leluhur.

Menurut Elsa, tradisi Ceng Beng adalah bentuk penghormatan kepada leluhur yang sudah mengajarkan kita untuk berbakti semasa hidup.

Elsa menjelaskan sebelum Ceng Beng, biasanya masyarakat Tionghoa akan berziarah sekitar 10-14 hari untuk membersihkan makam leluhur.

Sebagian orang juga bahkan lebih memilih untuk mudik saat Ceng Beng dibanding Imlek, sebab ziarah ini menunjukkan bakti mereka terhadap para leluhur.

Uniknya, sebelum mengunjungi makam leluhur, anggota keluarga biasanya akan menyiapkan beberapa benda termasuk dupa, lilin, dan seperangkat kebutuhan para leluhur, seperti pakaian, uang, emas, HP, bahkan mobil!

Jangan kaget, sebab tentunya benda-benda ini hanya simbolik yang terbuat dari kertas dan nantinya akan dibakar. Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan para leluhur di akhirat.

Ketika berziarah, para anggota keluarga akan membersihkan makam dan tak lupa menancapkan kertas tecua di atas tanah makam. Kertas tersebut menjadi penanda bahwa makam para leluhur telah dikunjungi oleh anak-cucu mereka.

Bicara soal kenapa Elsa memilih TikTok untuk berbagi budayanya, Elsa mengatakan  bahwa TikTok dirinya dapat  memperkenalkan budaya dan tradisi Tionghoa.

"Berkat jangkauan TikTok yang sangat luas, saya senang tidak hanya dapat memperkenalkan budaya dan tradisi Tionghoa, tapi juga menunjukkan bahwa suku Tionghoa bukan 'pendatang baru' karena kami pun ikut berkontribusi dalam sejarah, termasuk dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia," kata dia.