Terpikat Art Beyond Boundaries Karya Diego Berel, Pelukis Muda Down Syndrome Berbakat
- VIVA/ Amelia Rosa
Jakarta, VIVA – Pada Jumat, 29 November 2024, Kempinski Bali menggelar acara Press Conference Bhineka Tunggal Ika - Gallery of Art: Arts Beyond Boundaries. Acara yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan seni sebagai media untuk merayakan kebhinnekaan dan inklusivitas. Dengan menampilkan 13 karya lukisan Diego Berel pelukis muda, serta dua instalasi seni ramah lingkungan, acara ini berhasil menyampaikan pesan kuat bahwa seni adalah bahasa universal yang melampaui batas. Kampanye ini tidak hanya menjadi selebrasi keberagaman, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berkarya tanpa melihat perbedaan.
Tema Art Beyond Boundaries yang diusung dalam kampanye ini selaras dengan misi Kempinski Bali untuk mendukung seni sebagai bahasa universal. “Seni itu adalah bahasa yang universal. Jadi tidak memandang siapa artisannya dari etnik mana atau dari tradisi apa, tetapi yang kita angkat adalah hasil karyanya,” ujar Melody Siagian, Director of Marketing and Communication The Apurva Kempinski Bali.
Sebanyak 13 lukisan karya Diego Berel, pelukis muda berbakat dengan berkebutuhan khusus, dipamerkan mulai 29 November 2024 hingga pertengahan Januari 2025 di The Apurva Kempinski Bali. Pameran ini, sebagai wujud nyata keberagaman dan inklusivitas. “Jadi kami melihat bahwa Diego seorang artisan yang menginspirasi dan sesuai dengan kampanye kami, di mana igniting the fighting spirit of younger generation,” tambah Melody.
Diego Berel adalah sosok utama dalam acara ini. Perjalanan Diego sebagai seniman tidak lepas dari dukungan orang tua dan lingkungannya. Sang ibu, Sandra Berel, dengan bangga berbagi kisah di balik bakat seni Diego. “Setelah kami mengetahui dari dokter bahwa dia anak istimewa, Down Syndrome, kami mulai berdoa dan mengupayakan. Kemudian kami masukkan pada usia 12 tahun ke sekolah yang menurut kami itu cocok untuk kemampuan Diego.”
Di sekolah tersebut, Diego menemukan kecintaannya pada seni lukis. “Pada report tiga atau enam bulan setelah kami masukkan, kami mendapat laporan dari guru melukisnya bahwa Diego ini senang melukis. Dia senang sekali katanya kalau pelajaran melukis, dan kami ditunjukkan lukisan pertama Diego,” cerita Sandra.
Lukisan pertama Diego berjudul Life Tree menjadi titik awal perjalanannya. Lukisan ini tidak hanya menggambarkan bakat Diego, tetapi juga menjadi motivasi untuk terus berkarya. Sandra melanjutkan, “Life Tree itu juga jika kami masukkan di dalam, bila ada pameran kami masukkan juga. Karena itu sebagai ini loh titik awal. Dan titik awal itu benar-benar awal yang harus kita lanjutkan.”
Kempinski Bali melihat karya Diego sebagai representasi dari pesan keberagaman yang diusung dalam kampanye Powerful Indonesia. Dalam kampanye ini, seni tidak hanya menjadi alat ekspresi, tetapi juga wadah untuk mengangkat isu inklusivitas. “Melalui kampanye ini, Apoorva ingin menerima inklusif dan semangat Indonesia, keadilan, keseimbangan, dan keberanian yang berasas dalam budaya kita dan menginspirasi kita untuk generasi yang akan datang,” ujar moderator Tanty saat membuka acara.
Selain karya seni Diego, dua instalasi seni ramah lingkungan juga turut ditampilkan, yaitu Axis of Greed dan Synergy of Divine Gifts. Instalasi ini menggali isu keberlanjutan dan perilaku manusia terhadap lingkungan. Melody menjelaskan, “Kami ingin setiap program aktifasi yang kami lakukan itu memiliki esensi dari keberlanjutan.”
Acara ini tidak hanya menjadi ajang pameran seni, tetapi juga memberikan pesan inspiratif bagi generasi muda. Menurut Melody, semangat kebhinnekaan adalah hal yang harus terus dijaga. “Kami harap dalam kampanye ini, ini menginspirasi generasi mendatang. Bahwa ada semangat kebhinnekaan. Semangat kebhinnekaan itu adalah di mana kita sadar bahwa Indonesia itu memiliki banyak keragaman, tradisi, bahasa, agama.”
Semangat inilah yang ingin disampaikan melalui kolaborasi seni ini. Dengan memberikan panggung bagi talenta muda seperti Diego, Kempinski Bali berusaha menunjukkan bahwa seni bisa menjadi alat untuk merangkul keberagaman.
Perjalanan Diego menjadi pelukis muda yang diakui secara internasional tidak terlepas dari dukungan keluarga dan yayasan tempat ia belajar. Sandra menegaskan pentingnya dukungan dari keluarga. “Pertama kita harus menerima keadaan anak kita. Kita harus menerima apa adanya dia. Kedua kita berdoa apapun agamanya kepada Tuhan. Apa yang harus kami lakukan, minta petunjuk kepada Tuhan. Dan ketiga kita upayakan.”
Yayasan seperti YPK Bali juga memainkan peran penting dalam memberikan akses pendidikan dan rehabilitasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Elsye, Chairwoman YPK Bali, menjelaskan, “Kami berusaha dari edukasi yang kami lakukan ini akan membentuk anak-anak dari karakternya, dari kemandiriannya, hingga nanti kami berharap mereka mempunyai panggungnya sendiri untuk apa yang bisa mereka raih ke depan.”
Kempinski Bali melalui acara ini ingin menegaskan bahwa seni adalah bahasa yang universal dan inklusif. “Seni bisa untuk semua orang termasuk bagi teman-teman yang berkebutuhan khusus,” ujar Melody. Dengan memberikan ruang dan kesempatan bagi seniman seperti Diego, acara ini menunjukkan bahwa tidak ada batasan dalam berkarya.
Melalui Art Beyond Boundaries, Kempinski Bali tidak hanya memamerkan seni, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya inklusivitas, keberlanjutan, dan kebhinnekaan. Kampanye ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menghargai keberagaman dan mendukung talenta lokal di kancah nasional maupun internasional.
Acara Press Conference Bhineka Tunggal Ika - Gallery of Art: Arts Beyond Boundaries ini menjadi bukti nyata bahwa seni dapat menjadi alat untuk menyatukan perbedaan. Kolaborasi antara Kempinski Bali dan Diego Berel mengingatkan kita akan pentingnya keberagaman dan inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semangat kebhinnekaan yang terus menyala, Indonesia dapat terus maju, menginspirasi dunia melalui karya seni yang tanpa batas.