Kenali Gunung Lewotobi dari Karakteristik, Dampak Letusan, dan Upaya Mitigasi

Ilustrasi Gunung Berapi
Sumber :
  • pexels.com/Clive Kim

VIVA – Gunung Lewotobi, terletak di bagian tenggara Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, merupakan salah satu gunung berapi aktif yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat sekitar.

Gunung ini memiliki dua puncak utama, yaitu Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-laki. Aktivitas vulkaniknya yang terus-menerus telah membentuk lanskap unik dan subur di sekitarnya, namun juga membawa potensi bahaya yang mengancam keselamatan jiwa dan harta benda. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi karakteristik Gunung Lewotobi, dampak letusannya, serta upaya mitigasi yang telah dilakukan.

Geologi dan Karakteristik Gunung Lewotobi

Gunung Lewotobi terbentuk melalui proses subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Eurasia. Proses subduksi ini menyebabkan magma naik ke permukaan dan membentuk gunung berapi. Gunung ini didominasi oleh batuan vulkanik seperti andesit dan basal.

Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi cenderung bersifat eksplosif, ditandai dengan letusan-letusan freatik, magmatik, dan strombolian. Letusan-letusan ini seringkali disertai dengan guguran lava pijar, awan panas, dan hujan abu vulkanik.

Dampak letusan Gunung Lewotobi

Ilustrasi Dampak Gunung Berapi

Photo :
  • pexels.com/Alberto Solorio

Letusan Gunung Lewotobi yang terjadi baru-baru ini telah menimbulkan berbagai dampak yang signifikan, baik bagi masyarakat sekitar maupun lingkungan sekitarnya. Berikut beberapa dampaknya. 

1. Dampak Lingkungan

Letusan gunung berapi, termasuk Gunung Lewotobi, dapat menyebabkan perubahan drastis pada lingkungan sekitar. Aliran lava yang panas dan kental dapat membakar hutan, lahan pertanian, dan pemukiman penduduk.

Material vulkanik seperti abu vulkanik, pasir, dan batu lapuk dapat menutupi lahan pertanian dan merusak tanaman. Selain itu, material vulkanik yang terbawa air hujan dapat menyebabkan aliran lahar dingin yang merusak infrastruktur dan ekosistem sungai. Abu vulkanik juga dapat mencemari udara dan sumber air, sehingga berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

2. Dampak Sosial

Dampak sosial dari letusan gunung berapi sangat kompleks. Salah satu dampak yang paling langsung adalah terjadinya pengungsian. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri.

Kerusakan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan akibat letusan juga menghambat akses masyarakat terhadap layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan kesehatan. Gangguan aktivitas ekonomi, terutama di sektor pertanian dan pariwisata, dapat menyebabkan penurunan pendapatan masyarakat dan meningkatkan angka kemiskinan.

Selain itu, trauma psikologis akibat bencana dapat berdampak pada kesehatan mental masyarakat dalam jangka panjang.

3. Dampak Ekonomi

Letusan gunung berapi dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang paling terdampak. Lahan pertanian yang tertutup abu vulkanik dan aliran lava tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam dalam jangka waktu tertentu.

Kerusakan infrastruktur juga dapat mengganggu distribusi hasil pertanian. Sektor pariwisata juga mengalami kerugian akibat penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung. Kerusakan lingkungan akibat letusan dapat mengurangi daya tarik wisata suatu daerah.

Upaya Mitigasi Bencana 

Ilustrasi Seismograf

Photo :

Bencana alam, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas vulkanik, merupakan salah satu ancaman yang dapat mengakibatkan kerusakan signifikan pada lingkungan, infrastruktur, dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya mitigasi yang efektif guna mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan. Beberapa langkah dalam upaya mitigasi bencana yaitu:

1. Pemantauan Aktivitas Vulkanik

Pemantauan aktivitas vulkanik merupakan langkah krusial dalam upaya mitigasi bencana gunung berapi. Melalui sistem pemantauan yang terintegrasi, para ahli vulkanologi dapat memantau berbagai parameter seperti aktivitas seismik, deformasi tanah, serta perubahan suhu dan komposisi gas vulkanik.

Penggunaan teknologi seperti seismograf, tiltmeter, dan sensor gas yang ditempatkan di sekitar gunung api memungkinkan pengumpulan data secara real-time. Data-data ini kemudian dianalisis untuk mendeteksi tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik.

Pos pengamatan gunung api berperan penting dalam mengumpulkan dan menganalisis data-data tersebut, serta menyampaikan informasi kepada pihak terkait dan masyarakat.

2. Peta Bahaya

Peta bahaya gunung api merupakan peta yang menggambarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh suatu gunung api, seperti daerah aliran lava, sebaran awan panas, dan zona bahaya lontaran material vulkanik.

Peta ini sangat penting dalam perencanaan tata ruang dan mitigasi bencana. Dengan adanya peta bahaya, pemerintah dan masyarakat dapat mengidentifikasi daerah-daerah yang rawan bencana, sehingga dapat dilakukan upaya mitigasi yang lebih tepat sasaran.

Misalnya, daerah yang berpotensi terkena aliran lava dapat dijadikan sebagai zona larangan pembangunan permukiman, sedangkan daerah yang rawan terkena awan panas dapat dijadikan sebagai jalur evakuasi.

3. Sosialisasi dan Edukasi

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko bencana gunung api merupakan upaya yang sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang tanda-tanda bahaya vulkanik, cara evakuasi yang aman, dan tindakan yang harus dilakukan sebelum, selama, dan setelah terjadi bencana.

Melalui sosialisasi dan edukasi, masyarakat dapat lebih siap menghadapi bencana dan mengurangi risiko korban jiwa dan harta benda. Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penyuluhan, pembuatan film dokumenter, dan penggunaan media sosial.

4. Sistem Peringatan Dini

Sistem peringatan dini merupakan salah satu upaya yang paling efektif untuk mengurangi dampak bencana gunung api. Sistem ini berfungsi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebelum terjadi bencana, sehingga mereka memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi.

Mekanisme peringatan dini meliputi pemantauan aktivitas vulkanik secara intensif, pengolahan data, dan penyampaian informasi kepada masyarakat melalui berbagai saluran, seperti sirine, radio, televisi, dan telepon seluler.

Selain itu, perlu juga disiapkan jalur evakuasi yang jelas dan aman agar masyarakat dapat mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Potensi Gunung Lewotobi

Meskipun memiliki potensi bahaya, Gunung Lewotobi juga memiliki potensi yang sangat besar. Tanah vulkanik yang subur di sekitar gunung sangat cocok untuk pertanian. Selain itu, keindahan alam Gunung Lewotobi juga dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata. Namun, pengembangan pariwisata harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu ekosistem dan masyarakat sekitar.

Gunung Lewotobi adalah salah satu contoh gunung berapi aktif di Indonesia yang memiliki keindahan dan potensi yang besar, namun juga menyimpan ancaman yang serius. Dengan memahami karakteristik gunung berapi ini dan melakukan upaya mitigasi yang tepat, kita dapat hidup berdampingan dengan Gunung Lewotobi secara aman dan berkelanjutan.

Peningkatan kesadaran masyarakat, kerja sama antar lembaga, dan pengembangan teknologi akan menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana dan memaksimalkan manfaat dari keberadaan gunung berapi.