Kisah Inspiratif Tri Lakmawati, Masuk Jajaran 30 Top Women In Security ASEAN Region

Tri Lakmawati (tengah)
Sumber :
  • Nawakara

VIVA  Lifestyle  –  Isu keamanan pada perempuan seringkali memiliki hubungan yang lekat karena rentannya mereka pada berbagai kejahatan. Untuk bisa meningkatkan resiliensi mereka terhadap hal negatif, partisipasi perempuan dalam sektor keamanan menjadi langkah strategis guna mengimplementasikan program pencegahan kekerasan yang berfokus pada kebutuhan perempuan termasuk juga menginspirasi perempuan lain untuk mengambil peran aktif jaga keamanan diri dan komunitas mereka.

Meski demikian, statistik menunjukkan bahwa wanita hanya membentuk sekitar 24 persen dari tenaga kerja di bidang cyber security secara global, menandakan bahwa masih banyak ruang untuk peningkatan representasi perempuan di sektor ini.

Di tengah dominannya laki-laki di industri keamanan, Tri Lakmawati (50), Training Operation Leader Nawakara menonjol sebagai pemimpin perempuan yang signifikan, menginspirasi banyak wanita untuk mengikuti jejaknya. Keberadaannya memperkaya industri dengan perspektif baru dan menunjukkan bahwa keberagaman dapat mempengaruhi inovasi dan keefektifan strategi keamanan.

Wanita yang memiliki latar belakang sebagai HRD manufaktur, business development, sekaligus pegiat sosial ini tak hanya berfokus pada internal perusahaan tetapi juga aktif membawa perubahan positif di industri keamanan yang lebih luas. Baginya, berkarir di training security menjadi hal yang menyenangkan sekaligus tantangan tersendiri karena ia dapat mendengar kebutuhan orang-orang dan menemukan training sesuai yang dibutuhkan.

Tri menjelaskan, Perempuan dalam bidang keamanan tidak hanya memberikan kontribusi penting pada strategi pencegahan kekerasan, tetapi juga membuktikan bahwa keberagaman gender dapat mendorong inovasi dan efisiensi dalam industri ini.

“Pengoptimalan fungsi satpam sendiri bagi saya sangat penting dilakukan agar mereka bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saya bertekad untuk menciptakan perubahan dan memperkuat strategi keamanan dengan pendekatan yang lebih inklusif. Dengan berpartisipasi di Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) seperti
Nawakara, saya berharap bisa memberi kontribusi positif hingga membesarkan training center Nawakara,” ujarnya.

Beberapa tema training telah ia lakukan, antara lain simulasi keamanan di area objek vital nasional saat terjadi ancaman bom hingga menginisiasi training untuk "Basic Survival" yang menggandeng Survivor Pecinta Alam dan Sioux Indonesia (Snake Handling). Ia bahkan menginisiasi kopdar satpam dengan beberapa tema, antara lain
Sexual Harassment, Strategi Keamanan Menghadapi Tahun Politik sekaligus beberapa Kopdar yang dihadiri oleh Para Satpam lintas BUJP, Client, Satpam Hotel dan Apartemen.

Halang Rintangan Perempuan di Industri Keamanan

Saat bekerja di lapangan, baginya strategi yang masuk akal lah akan berbicara, tak lagi soal gender. Awalnya, ia tak jarang menemukan tantangan multifaset karena dipandang sebelah mata. Tantangan tersebut nyatanya tak hanya datang dari anak buah tetapi juga dari LSM. Namun, lewat pendekatan yang menampilkan sisi keibuan
untuk menghadapi situasi yang ada di lapangan, ia berhasil mengatasi tantangan yang ada. Salah satunya menghadapi demo ibu-ibu penambang liar di salah satu proyek tambang di Jambi.

Pekerjaan tak lazim bahkan ia lakukan, seperti blusukan ke berbagai daerah remote area untuk memantau cara kerja operasional anggota yang ada di bawah kendalinya. Pada malam hari, ia mendatangi pos proyek dan menilai cara kerja satpam terkait pos kontrol. Hal tersebut dilakukan dengan cara menggunakan kendaraan operasional yang tidak dikenali oleh anggota Satpam, mengamati selama beberapa menit, dan memantau apakah ada pergerakan satpam saat mobil mencurigakan datang. Ternyata, hal tersebut berhasil menarik perhatian satpam dan mendapat apresiasi. “Awalnya orang banyak yang mengira ibu-ibu bisa dipermainkan dan dikelabui. Sebagai pimpinan yang memimpin ribuan laki-laki, sikap tegas harus dimiliki untuk mengambil keputusan di kondisi apapun. Kalau tidak, habislah kita. Sebagai orang lapangan, sangat penting menguasai strategi analitik. Jangan sampai kita hanya jadi tukang buka akses kontrol dan buka palang pintu. Saya ingin perempuan berani bersaing dengan ribuan laki-laki,” imbau Tri.

Mental baja seperti itu tak terbentuk secara mendadak. Dari atasannya, Tri mendapat ruang yang sangat besar untuk mengembangkan potensi serta kemampuan di bidang keamanan. Ia sangat ingat kata-kata mentornya tentang no gender issue dan magic  word yang selalu diingatnya dalam menghadapi situasi apapun di lapangan yaitu

"Feels the fear and do it anyway".

Atas dedikasinya tersebut, Tri berhasil mendapatkan pengakuan sebagai salah satu dari 30 top women in security ASEAN region pada tahun 2021. Hal ini merupakan bukti dari dampak signifikan yang telah beliau ciptakan, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Perempuan yang mengagumi sosok Retno Marsudi dan Susi Pudjiastuti ini juga ingin membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk berpartisipasi dan memimpin dalam industri keamanan. "Perempuan harus sudah mulai tampil di depan dan berani menantang diri sendiri hingga bangun rasa percaya diri. Mereka juga harus tampil
luwes di bidang Satuan Pengamanan. Perempuan sendiri sebetulnya mampu bersaing dengan laki-aki di industri keamanan," tambahnya.

Pencapaian Ibu Tri dan upaya berkelanjutannya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam keamanan menawarkan pelajaran yang berharga. Melalui kepemimpinan dan dedikasinya, Ibu Tri bukan hanya membuka jalan bagi lebih banyak wanita untuk maju tetapi juga mendefinisikan ulang ekspektasi atas apa yang dapat dicapai oleh perempuan di industri keamanan.