Banyak Terselubung, Pengamat Minta Brand Lokal yang Terafiliasi Israel Dibuka Saja ke Publik

Ilustrasi boikot.
Sumber :
  • Pixabay.

VIVA Lifestyle – Pemilik saham perusahaan terafiliasi Israel di perusahaan-perusahaan lokal yang sudah tercatat sebagai perusahaan publik di bursa saham tidak bisa diidentifikasi melalui aplikasi dengan membaca barcode produk. Padahal melalui kepemilikan saham mereka di perusahaan-perusahaan lokal public ini, aliran dananya akan tetap mengalir ke Israel.

Saat diberitahu perihal adanya perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi Israel ini, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, mengatakan akan mengeceknya terlebih dahulu melalui aplikasi NO!THANKS. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

“Ya, harus kita cek lagi agar tidak salah,” ujarnya.  

Ilustrasi Boikot Produk Israel. Sumber: Flickr.com

Photo :
  • vstory

Sementara, Pengamat pasar modal dan praktisi investasi, Desmond Wira, mengatakan cara kerja aplikasi NO!THANKS ini adalah dengan membaca barcode produk. Menurutnya, dari barcode produk ini yang akan diketahui itu hanya perusahaan pembuatnya saja. Aplikasi tersebut tinggal mencocokkan produk yang discan apakah termasuk daftar yang diboikot atau tidak. Tapi, lanjutnya, sebelumnya pembuat aplikasi sudah membuat list daftar perusahaan yang diboikot.

“Jadi, aplikasi tersebut tidak bisa mengetahui siapa pemilik saham perusahaannya. Cuma mengetahui siapa perusahaan yang membuat produk tersebut,” tuturnya.

Pengamat Konflik Timur Tengah dan Diplomasi Indonesia yang juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Masyrofah merasa kaget mendengar informasi tersebut. Dia meminta agar perusahaan-perusahaan lokal yang memang terafiliasi dengan Israel itu dibuka saja ke publik.  

“Keterbukaan ke publik  ini penting karena publik juga harus mengetahuinya,” ucapnya.

Dia juga meminta masyarakat agar meriset lebih jauh perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi dengan Israel itu melalui kepemilikan saham publik mereka.

“Melihat fenomena ini, ke depannya kita harus lebih teliti dan jeli terhadap hal ini. Artinya, produk-produk ini juga harus kita tracing lagi, kita telusuri dan juga diklarifikasi dan dijelaskan kepada publik agar publik tahu,” tandasnya.

Yang jelas, katanya, masyarakat harus teredukasi secara detail mengenai adanya perusahaan-perusahaan lokal yang terafiliasi dengan Israel ini.  

“Untuk itu perlu ada kerja sama dari semua kalangan untuk sama-sama mensosialisasikan hal ini,” katanya.

Sebelumnya, aktivis pro-Palestina Aresdi Mahdi mengutarakan bahwa tidak semua perusahaan lokal itu terbebas dari afiliasi dengan Israel. Karenanya, dia meminta masyarakat untuk melakukan cross check terhadap semua perusahaan lokal utamanya yang sudah go public untuk mengetahui apakah mereka berafiliasi dengan Israel atau tidak. 

“Bahwa perusahaan lokal itu didirikan di lokal benar. Tapi semua perbendaharaan dari perusahaan lokal itu perlu dilakukan cross check lagi, apakah mereka terafiliasi dengan Israel atau tidak,” ujarnya.

Begitu juga jika brand-nya itu dibeli dari perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara pendukung Israel, meskipun menjadi perusahaan lokal, menurut Ares, perusahaan lokal itu tetap harus membayar royalti.

“Royalty itulah yang kemudian mengalir ke Israel,” ucapnya.

Mengenai sejauh mana afiliasi perusahaan-perusahaan lokal itu terhadap Israel, dia menyebut besarnya bervariasi di setiap perusahaan.

“Ini memang belum terbuka selama ini di masyarakat karena tidak semua orang memahami mengenai perusahaan go public ini dan bagaimana aliran dananya,” tutur Ares.