Angka Cacat Lahir di Indonesia Cukup Tinggi, Penyandang Tuna Ganda Masih Butuh Perhatian

Ilustrasi penyandang disabilitas.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Angka cacat lahir di Indonesia tergolong cukup tinggi. Di mana setiap 33 kelahiran terdapat 1 cacat lahir atau sekitar 0,41 persen menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Salah satu jenis cacat lahir yang kurang mendapat perhatian adalah kondisi tuna ganda. Tuna ganda sendiri merupakan seseorang yang memiliki disabilitas lebih dari satu. Salah satu panti asuhan yang menampung penyandang tuna ganda adalah Tuna Ganda Palsigunung di Jakarta Timur. Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!

Kepala panti asuhan Tuna Ganda Palsigunung, Kristanti, menjelaskan, tempatnya menampung sahabat tuna ganda dari kecil hingga dewasa bahkan sebagian telah meninggal juga di tempat ini. 

"Hampir 80 persen dari sahabat difabel tuna ganda ini tidak dapat beraktivitas mandiri dan hanya dapat terbaring di tempat tidurnya," ujar Kristanti saat kunjungan PT Regenesis Indonesia, baru-baru ini. 

"Walaupun demikian, dari tatapan mata, suara dan juga ajakan kita untuk berbicara mampu memberikan perhatian menyentuh di hati mereka dan mereka sangat bahagia," sambung Kristanti seraya berterima kasih atas kunjungan Regenesis Indonesia. 

Dominico Saharjo, Head Of CMP Division PT Regenesis Indonesia, berharap, kunjungannya ini juga bisa mengedukasi putrinya yang juga ikut dalam kegiatan Regenesis Charity, kali ini. 

"Karena terkadang jika tidak difasilitasi oleh perusahaan, kita terkadang mungkin terlupa untuk dapat melakukan kebaikan kepada sahabat disabilitas, kecenderungannya biasanya di sekitar lingkungan kita saja," ungkapnya. 

Berada di tempat yang sama, Ir Emmy Noviawati selaku BOD PT Regenesis Indonesia, mengungkapkan, selain dikenal sebagai perusahaan distributor alat kesehatan, Regenesis juga mendapat predikat sebagai distributor yang selalu mendatangkan banyak inovasi-inovasi dunia ke Indonesia. 

"Pada kenyataannya, Regenesis  menjadi perusahaan pertama di Indonesia di tahun 2021 yang memberikan perhatian kepada komunitas vitiligo di Indonesia," tuturnya. 

Gita Yohanna, Corporate Brand Manager Regenesis Indonesia, menambahkan, 3 bulan sebelumnya pihaknya juga membantu dan bekerjasama dengan komunitas OMK (Orang Muda Katolik) St Bartolomeus Galaxy Bekasi Selatan, dengan mengirimkan ratusan kilogram baju layak pakai ke Sabu Barat, Kab Sabu Raijua, NTT.

"Baju layak pakai ini berasal dari pengumpulan para karyawan Regenesis dan juga komunitas Pulau Sabu sendiri yang merupakan pulau terpencil di NTT, di mana butuh waktu berhari-hari dalam ekspedisinya. Karyawan kami memiliki kotak khusus untuk gerakan ini di kantor, sehingga mereka selalu diingatkan untuk dapat berbagi dengan sesama walau dengan hal yang sederhana," pungkasnya. 

"Kami berharap dengan pergerakan ini, kami dapat menginpirasi masyarakat untuk dapat berbuat baik kepada siapapun dan di manapun kita berada," tutup Gita Yohanna.