Laporan Women in Business 2024 Ungkap Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Era Kartini Masa Kini

Tantangan kesetaraan gender.
Sumber :
  • istimewa

Jakarta – Setiap tanggal 21 April merupakan peringatan Hari Kartini yang menginspirasi dan memperjuangkan peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia. Hari Kartini tidak hanya menjadi momen refleksi atas prestasi Kartini sendiri, tetapi juga menggugah kita untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan memberikan kesempatan yang adil bagi perempuan di semua lapisan masyarakat.

Hari Kartini merupakan momen penting untuk kita juga melakukan introspeksi diri mengenai kemajuan yang telah dicapai perempuan Indonesia, serta untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan keadilan sosial. 

Semangat Kartini masih terus relevan hingga saat ini, dan perjuangannya untuk emansipasi wanita patut kita teladani. Marilah kita bersama-sama terus berjuang untuk mewujudkan kesetaraan gender dan keadilan sosial bagi semua perempuan di Indonesia.

Sejalan dengan semangat Kartini, tahun ini menandai 20 tahun sudah Grant Thornton mengupas perkembangan peran perempuan yang menempati level manajemen senior perusahaan secara global melalui laporan rutin tahunan “Women in Business” yang mengangkat tema khusus “Pathways to Parity: 20 Years of Women in Business Insights” pada tahun ini.

Menurut laporan tersebut, meskipun persentase wanita yang menempati level manajemen senior secara global telah meningkat dari 19,4% menjadi 33,5% selama dua dekade, namun lajunya relatif lambat dengan mengalami peningkatan hanya 1,1% dari tahun lalu.

Grant Thornton pun menyebutkan dengan laju seperti ini, kesetaraan tidak akan bisa tercapai hingga tahun 2053. Indonesia sendiri menempati posisi peringkat ke-10 secara global dengan 37% perempuan yang berada di posisi manajemen tingkat senior pada tahun ini, jika dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi penurunan persentase 2 poin yang sebelumnya berada di angka 39%.

Meskipun demikian, persentase tersebut masih melampaui angka rata-rata global yang berada di angka 33%.  Laporan juga menyebutkan, posisi manajemen senior yang paling banyak dipegang oleh perempuan adalah Chief Financial Officer (CFO) sebesar 67%.

Posisi kedua diikuti oleh Human Resource Director yang berada di angka 40% dan Chief Marketing Officer (CMO) di angka 36%. Sementara itu, peringkat pertama dalam hal persentase perempuan dalam manajemen senior tahun ini dipegang oleh Filipina (43%), Afrika Selatan (42%), dan Thailand (41%). 

Grant Thornton.

Photo :
  • istimewa

Berdasarkan hal tersebut, Grant Thornton pun mengidentifikasi tiga strategi bagi bisnis untuk mempercepat kemajuan menuju kesetaraan gender dalam manajemen senior:

Pentingnya Pengembangan Divisi Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) Kepemimpinan dan tanggung jawab untuk pengembangan divisi keanekaragaman, kesetaraan dan inklusi adalah kunci untuk meningkatkan persentase perempuan dalam posisi manajemen senior.

Untuk setiap posisi manajemen senior yang bertanggung jawab atas DEI, persentase perempuan dalam posisi manajemen senior meningkat ketika manajemen C-level, dari jenis kelamin apapun, memimpin bersama seorang pemimpin senior perempuan.

Kombinasi terbaik adalah ketika seorang Chief Executive Officer (CEO) memimpin pengembangan DEI bersama seorang pemimpin senior perempuan, yang diproyeksi akan meningkatkan persentase perempuan dalam manajemen senior menjadi 39%.

Menerapkan strategi DEI yang dapat diukur

Kedua, untuk mencapai kesetaraan perempuan dalam posisi manajemen senior, bisnis juga harus memiliki strategi DEI yang independen, terlepas dari strategi keberlanjutan perusahaan lainnya seperti strategi ESG. Adanya tolak ukur yang jelas juga bagian penting untuk keberhasilan penerapan strategi DEI ini. 

Kemampuan untuk bekerja secara fleksibel

Strategi terakhir adalah kemampuan untuk bekerja secara fleksibel. Dalam 12 bulan terakhir, terjadi pergeseran pola kerja di kalangan perusahaan secara global. Sekitar 47% perusahaan sekarang lebih memilih untuk menerapkan work from office (WFO), meningkat dari angka 36% tahun sebelumnya.

Sementara itu, model hybrid, di mana karyawan dapat bekerja dari kantor dan dari rumah, mengalami penurunan dari 53% menjadi 45%. Namun, perlu dicatat bahwa perusahaan yang menerapkan work form office penuh menunjukkan penurunan jumlah perempuan yang menempati posisi manajemen senior, dan penurunannya berada di bawah standar global.

CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, mengatakan, “Untuk menjaga dan mengembangkan kesetaraan serta keberagaman (Diversity, Equity, and Inclusivity), Grant Thornton Indonesia terus melakukan berbagai upaya sejalan dengan pendekatan yang diambil oleh Grant Thornton International Limited (GTIL).

Perlu adanya peran penting dari para partner di Grant Thornton Indonesia untuk mengimplementasikan strategi ini. Namun, untuk meningkatkan jumlah perempuan di posisi manajemen senior tidak dapat dilakukan secara efektif jika hanya dilakukan oleh pemimpin perempuan senior saja. Perlu adanya kolaborasi dengan pemimpin senior laki-laki dalam menerapkan kebijakan dan merancang strategi DEI ini”.

“Salah satu upaya lain dalam strategi DEI yang dapat dipertimbangkan adalah sistem kerja. Di Grant Thornton Indonesia, kami menerapkan sistem kerja hybrid. Melalui sistem kerja ini, diharapkan karyawan dapat tetap berinteraksi dan bekerja sama dengan tim secara langsung, sambil tetap menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Upaya ini berlaku untuk semua karyawan, baik laki - laki maupun perempuan,” tambah Johanna.

“Strategi DE&I yang dibuat juga harus memiliki pengukuran atau indikator kesuksesannya. Sebagai contoh, dalam proses rekrutmen di Grant Thornton Indonesia, perusahaan sangat memperhatikan dan menghitung keseimbangan antara jumlah karyawan laki - laki dan perempuan. Secara keseluruhan, Grant Thornton Indonesia berkomitmen untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dan berupaya terus untuk mengimplementasikan strategi - strategi tersebut guna mencapai tujuan DEI yang diinginkan,” tutup Johanna dikutip VIVA.co.id pada Senin, 22 April 2024.