Munggahan: Tradisi Menyambut Ramadhan Penuh Berkah dan Kebersamaan

Ilustrasi Makan Bersama
Sumber :
  • KM Zero Sentul

VIVA – Bulan Ramadhan sudah di depan mata, masyarakat Indonesia di berbagai daerah memiliki tradisi sendiri-sendiri untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini, salah satunya adalah Munggahan.

Munggahan, tradisi masyarakat Islam suku Sunda, Jawa Barat untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan yang dilakukan pada akhir bulan sya’ban, sebagai tanda gembira serta suka cita menyambut bulan suci Ramadhan yang penuh keberkahan. Tepatnya, satu atau dua hari menjelang Ramadhan.

Kegiatan munggahan sering kali menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Terutama bagi anggota keluarga yang berada di perantauan, munggahan menjadi kesempatan untuk berpulang ke kampung dan bersilaturahmi kembali dengan keluarga di kampung halaman.

Makan bersama keluarga.

Photo :

Proses tradisi utama yang dilakukan oleh masyarakat dalam munggahan yaitu makan bersama (botram), saling bermaafan, bersedekah dan mendoakan orang-orang terdahulu.

Menu munggahan yang terdapat dalam tradisi ini biasanya, nasi atau ketupat, rendang, semur daging, mie goreng atau bihun goreng serta makanan ringan semacam ranginang, uli, tape, wajit.

Secara filosofi, munggahan dapat diartikan sebagai profesi penyambutan bulan puasa yang penuh kemuliaan. Sehingga, umat muslim akan merasa bahagia dan dinaikan derajatnya. Tradisi ini sudah ada sejak dulu hingga kini masih terlaksanakan dengan baik dan penuh antusias oleh masyarakat muslim khususnya yang berada di tanah Sunda.

Tradisi dari munggahan, secara khusus bertujuan untuk membersihkan diri dari hal-hal yang negatif selama setahun sebelumnya. Selain itu, agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Namun, munggahan sendiri banyak yang mengartikan tradisi dari kelompok-kelompok yang memiliki pemahaman tentang hubungan spiritual antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, dengan berziarah. Artinya, ada keyakinan bahwa kehidupan para orang tua, saudara atau leluhur dipercayai masih memiliki hubungan secara spiritual.

Ilustrasi makan bersama keluarga.

Photo :
  • Pixabay

Selain memiliki nilai sakral, umat muslim dapat bersama-sama memperkuat ikatan sosial antar sesama, mempererat hubungan dengan keluarga dan kerabat, serta saling berbagi dengan orang yang membutuhkan. Selain itu, hal ini menjadi momen untuk mengambil hikmah dari puasa itu sendiri.

Artinya, umat muslim sebelum berpuasa dapat merenungkan dan memahami makna dari ibadah puasa itu sendiri. Sehingga, dapat mempersiapkan diri secara fisik dan mental dengan baik.