Peringati Isra Mikraj, Menag Yaqut: Salat Mencegah Manusia dari Perbuatan Keji
- dok. Istimewa
VIVA Lifestyle – Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menekankan pentingnya memahami makna Isra Mikraj sebagai momen penting dalam pemantapan kedamaian dan kemanusiaan. Isra Mikraj, peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra), yang dilanjutkan ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh (Mikraj), dianggap sebagai salah satu momen bersejarah dalam Islam.
Menurut Menteri Agama, salah satu oleh-oleh terbesar dari peristiwa ini adalah perintah salat lima waktu. Dalam perspektif etimologi, salat bermakna doa (berpengharapan), sementara dalam terminologi, salat adalah ibadah berupa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Scroll lebih lanjut ya.
"Takbir, atau 'Allahu Akbar', adalah bentuk penghambaan atas kemahabesaran Allah. Ini merupakan pengakuan tauhid yang mendalam, mencerminkan kepatuhan dalam relasi vertikal antara hamba dan Tuhan," ungkap Menag Yaqut Cholil Qoumas dikutp dari laman Kemenag.
Salat, lanjutnya, bukan hanya sebatas ritual berdimensi spiritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang kuat. Salat diakhiri dengan salam, doa keselamatan, sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini, menurut Menteri Agama, membawa kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial dan perlu terus diingatkan akan pentingnya membangun kedamaian, persaudaraan, kerukunan, serta merekatkan ikatan kemanusiaan.
"Salat mencegah manusia dari perbuatan keji (fakhsya) dan munkar. Sebagian ulama menerjemahkan fakhsya sebagai sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan (kekejian), baik ucapan maupun perbuatan, misalnya kemusyrikan, kekikiran, perzinaan, termasuk caci maki dan hinaan. Sedang munkar, sebagian ulama mendefinisikan sebagai segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan budaya atau adat-istiadat suatu masyarakat," jelas Menag Yaqut.
Menag Yaqut Cholil Qoumas menggarisbawahi bahwa salat yang menjadi oleh-oleh Isra Mikraj Nabi Muhammad menegaskan bahwa agama dan kemanusiaan harus hidup berdampingan. Agama hadir untuk memanusiakan manusia, melindungi agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya, dan hartanya.
"Isra Mikraj menjadi momentum kembali menyadari bahwa kita hanyalah seorang hamba, Allah-lah yang Maha Besar dan Maha Esa. Tidak semestinya seorang hamba berlaku sombong dan congkak sehingga suka mencaci dan menghinakan sesama, serta membuat kerusakan di atas bumi-Nya. Isra Mikraj juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya terus menebar kedamaian dan kemaslahatan dalam hidup bersama," tutupnya.
Menteri Agama berharap semoga kedamaian dan kerukunan umat terus terjaga, membawa Indonesia Maju ke arah yang lebih baik.