Gaspol! Boikot Brand Pro Israel, Bukan Sekadar Bukti Dukungan untuk Palestina

Aksi boikot produk pro zionis Israel di Mataram.
Sumber :
  • Satria Zulfikar/VIVA.

JAKARTA – Brand lokal mengalami peningkatan penjualan antara 5 persen sampai dengan 20 persen karena boikot produk pro Israel. Kenaikan terbesar dialami produk lokal yang secara alamiah menjadi substitusi dari produk brand asing, seperti produk-produk makanan dan minuman retail lokal.

Gerakan Setia Produk Lokal (Gaspol) mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk terus melanjutkan aksi boikot produk-produk dan perusahaan-perusahaan asing yang mendukung pendudukan dan penindasan Israel terhadap rakyat Palestina. Selain karena genosida Israel di Palestina masih terus berlangsung, gerakan boikot harus berlanjut karena terbukti efektif menekan brand asing dan menguntungkan produk lokal. 

Koordinator Nasional Gaspol Firtra Ratory mengungkapkan, lantaran dukungan Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya di Eropa, genosida Israel di Palestina tidak kunjung berhenti meskipun telah mendapat kecaman dan tekanan internasional dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Laporan terbaru dari Human Rights Watch menunjukkan dengan tegas, Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan berupa apartheid dan pembantaian terhadap rakyat Palestina. 

"Laporan tersebut juga mendokumentasikan adanya diskriminasi sistematis, penyitaan tanah, penghancuran rumah, pengusiran paksa, penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembunuhan yang dilakukan zionis Israel terhadap rakyat Palestina," kata Firtra di acara demonstrasi 100 Hari Genosida Gaza di depan Kedutaan Besar AS Jakarta, Sabtu 13 Januari 2023.

Berhadapan dengan kebuntuan diplomasi dan ketidakberdayaan pemerintah negara-negara di dunia, Firtra menilai rakyat Indonesia harus turun tangan sendiri, seperti dicontohkan dengan maraknya aksi protes dan demonstrasi anti Israel oleh rakyat di banyak negara. Boikot adalah cara damai dan efektif untuk mengekspresikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina dan untuk menekan pemerintah AS dan negara-negara pendukung Israel lainnya agar menghentikan pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia yang dilakukan negara zionis itu. 

Firtra menegaskan, dukungan perusahaan-perusahaan dan brand-brand yang kebanyakan berasal dari AS dan Eropa terhadap Israel adalah nyata dan memiliki bukti-bukti yang jelas, terdokumentasi, dan terpublikasi. Dia menepis tuduhan yang dikemukakan sebagian pihak yang menilai aksi boikot sebagai gerakan liar yang didasarkan pada hoaks dan misinformasi. 

"Ini sesungguhnya menunjukkan arogansi, ignoransi, dan insensitivitas para produsen asing dan perusahaan-perusahaan besar terhadap penderitaan rakyat Palestina dan secara tidak langsung menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap efektivitas gerakan boikot itu sendiri," ujarnya.   

Menurut Firtra, aksi boikot sudah berdampak signifikan pada permintaan dan penjualan para produsen asing, yang membuktikan tingginya sensitivitas isu Palestina bagi publik Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, penurunan penjualan yang dialami para brand asing di Indonesia bervariasi antara 15 persen sampai dengan 60 persen, tergantung pada tipe atau jenis industri. Penurunan terbesar dialami retail consumber brand, yang menawarkan produk makanan dan minuman retail. 

Konsekuensi baiknya, menurut Firtra, aksi boikot menguntungkan produk lokal karena masyarakat mulai mengalihkan konsumsinya ke produk Indonesia. Informasi yang diterima Gaspol, brand lokal Indonesia mengalami peningkatan penjualan antara 5 persen sampai dengan 20 persen, tergantung pada tipe dan jenis industri. Kenaikan terbesar dialami produk lokal yang secara alamiah menjadi substitusi dari produk brand asing, seperti produk-produk makanan dan minuman retail lokal. 

Karena itu, Firtra meminta masyarakat Indonesia untuk terus melanjutkan aksi boikot terhadap brand asing dan konsisten mengalihkan konsumsi terhadap produk lokal. "Untuk bisa menjamin keberlangsungan dukungan dalam jangka panjang bagi para jawara lokal, gerakan boikot ini harus terus dipertahankan dan diperluas," katanya.

Brand atau produk lokal Indonesia yang kualitasnya terbukti mampu bersaing dengan brand dan produk asing sudah seharusnya menjadi prioritas konsumsi masyarakat Indonesia. Apalagi Pemerintah Indonesia sudah sejak dulu meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), sebuah inisiatif untuk mengembangkan produk-produk lokal Indonesia dan menumbuhkan rasa percaya diri bangsa terhadap kemampuan dan kualitas produk buatan negeri sendiri. 

Melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 15 Tahun 2021, Presiden Joko Widodo telah membentuk Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kebijakan ini kemudian didukung oleh Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 Tahun 2022 yang berisi instruksi antara lain untuk menetapkan dan/atau mengubah kebijakan atau peraturan perundang-undangan untuk mempercepat peningkatan penggunaan produk negeri sendiri dan pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi. 

Semua kebijakan ini didorong oleh semangat mulia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar domestik dan global. "Mari mendorong para pelaku usaha lokal untuk terus berinovasi dan berkarya dengan menjadikan produk anak bangsa sebagai prioritas konsumsi kita," ujar Firtra.