Perempuan Menikah Lebih dari Sekali, Siapa Suaminya di Akhirat?
- scenicreflection
JAKARTA – Dalam konteks kehidupan beragama, pertanyaan tentang nasib perempuan yang telah melangsungkan perkawinan lebih dari sekali, baik karena perceraian atau ditinggal mati oleh suami, menjadi topik yang menarik perhatian. Hal ini memancing pertanyaan netizen setelah melihat BCL melakukan pernikahan keduanya dengan Tiko Aryawardhana.
"BCL nikah lagi. Di surga nanti masih bisa ketemu Ashraf enggak sih?," tanya seorang warganet. Scroll lebih lanjut ya.
Kabar gembira dari dunia hiburan datang dari penyanyi terkenal Bunga Citra Lestari, yang akrab dikenal sebagai BCL. Pernikahannya baru-baru ini menjadi sorotan luas di kalangan masyarakat. Hal ini cukup menarik perhatian karena BCL telah menjanda selama beberapa tahun setelah kehilangan suami tercintanya, Ashraf Sinclair.
Kini, keputusan BCL untuk membuka lembaran baru dengan menikahi Tiko Aryawardhana menjadi topik hangat di media sosial. Keputusan ini memicu diskusi di kalangan netizen, banyak di antara mereka yang sebelumnya berharap BCL akan tetap setia pada kenangan bersama almarhum suaminya, Ashraf Sinclair.
Warganet pun ramai bertanya mengenai siapa suami yang akan menemani BCL di hari yang kekal nanti. Mengutip dari NU online, ada empat pandangan berbeda mengenai siapa yang akan menjadi suami perempuan tersebut di akhirat.
Pendapat pertama menyatakan bahwa perempuan yang menikah beberapa kali akan bersuami dengan laki-laki pertamanya di akhirat, dikarenakan suami pertama merupakan orang yang mengawali keperawanannya. Sementara itu, pendapat kedua memberikan kebebasan bagi perempuan tersebut untuk memilih di antara para mantan suaminya untuk menjadi pasangan di akhirat.
Pandangan ketiga menyarankan bahwa suami terakhir yang dinikahinya di dunia akan menjadi pasangannya di akhirat. Adapun pandangan keempat, yang berfokus pada nilai moral, menyatakan bahwa perempuan tersebut akan bersuami dengan laki-laki yang memiliki akhlak terbaik di antara para suaminya.
Pendapat ini juga diambil dari Syekh Abdul Wahhab As-Sya'rani, Muhktashar Tadzkiratul Qurthubi.