Masyarakat Desa Giricahyo Sulit Akses Air Bersih, Beban Hidup Makin Mencekik
- Pixabay
JAKARTA – Masyarakat Desa Giricahyo, yang terletak di kawasan gunung kapur, menghadapi tantangan dalam mengakses air bersih karena sumber airnya berada jauh di bawah lapisan tanah, sehingga sulit melakukan eksplorasi air. Sumber air utama bagi masyarakat sebelumnya adalah mata air di Gua Plawan. Namun, karena kurangnya pemeliharaan dan perawatan infrastruktur yang ada, sumber daya yang berharga ini telah mengalami penurunan kualitas yang signifikan, sehingga memperparah masalah kelangkaan air di daerah tersebut.
Musim kemarau telah menimbulkan kesulitan bagi masyarakat Giricahyo, yang harus membeli air bersih dari pemasok swasta dengan biaya yang cukup besar. Hal ini menjadi beban berat bagi masyarakat yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, sehingga mempengaruhi kesejahteraan mereka. Menanggapi tantangan yang mendesak ini, Program Revitalisasi Infrastruktur Air Bersih, dikembangkan secara kolaboratif dengan tujuan meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat dan memastikan keberlanjutan pengelolaan air bersih di Desa Giricahyo.
Proyek yang komprehensif ini mencakup beragam kegiatan, seperti pemasangan Jaringan Listrik 3-Fase untuk meningkatkan infrastruktur, restorasi sistem penyediaan air Gua Plawan, penyediaan akses air bersih 24 jam, dan mendorong pemerintah desa untuk memasang sambungan rumah tangga baru. Selain itu, lembaga-lembaga pengelolaan air juga dibentuk dan diperkuat untuk memastikan bahwa hasil yang telah dicapai dapat dipertahankan dan dikembangkan di masa depan.
"Akses terhadap air bersih bukan hanya kebutuhan dasar manusia, tetapi juga merupakan hak asasi manusia. Kami bangga menjadi bagian dari proyek transformatif ini, yang telah berhasil menyediakan akses air bersih yang berkelanjutan untuk Desa Giricahyo. Di Endress+Hauser Indonesia, kami percaya pada kekuatan teknologi dan inovasi untuk menciptakan perubahan positif dan meningkatkan taraf hidup masyarakat." ujar Dr. Henry CHIA, President Director, PT Endress+Hauser Indonesia
Sementara Vera Galuh Sugijanto, VP General Secretary Danone Indonesia menjelaskan bahwa Program Revitalisasi Infrastruktur Air Bersih sejalan dengan Danone Impact Journey. “Menciptakan dampak positif seraya mengembangkan bisnis merupakan bagian dari DNA kami,” Jelas Vera, “Karena kami percaya akses terhadap air yang aman adalah hak dasar manusia, maka Danone memiliki target mencapai positive water impact pada tahun 2030 di mana kami berkomitmen mengembalikan air ke ekosistem dan masyarakat lebih banyak daripada yang kami gunakan melalui peningkatan akses air bersih bagi kelompok masyarakat di wilayah yang membutuhkan,” kata dia.
Untuk mengimplementasikan proyek ini secara efektif, LPTP menggunakan Community Participatory Assessment, yang melibatkan wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, dan pengamatan langsung. Partisipasi pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan penerima manfaat sangat penting dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan.
Sementara itu, Sekretaris Badan Pengurus, LPTP Sumino, menggarisbawahi pentingnya keterlibatan masyarakat.
"Kami sangat yakin bahwa keterlibatan aktif dengan masyarakat adalah kunci keberhasilan proyek ini. Dengan bekerja sama dengan masyarakat Giricahyo, kita dapat menghadapi tantangan kelangkaan air dan memetakan jalan menuju masa depan yang lebih cerah dan lebih berkelanjutan bagi seluruh desa," ujarnya.
Proyek ini akan tunduk pada pemantauan dan evaluasi yang ketat, dengan periode refleksi rutin dan mekanisme pelaporan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuannya tercapai dan bahwa akses air bersih tidak hanya ditetapkan tetapi juga ditegakkan untuk jangka panjang. Inisiatif mulia ini sejalan dengan visi yang lebih luas untuk meningkatkan mata pencaharian dan kesejahteraan penduduk Desa Giricahyo sekaligus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan pembangunan Kabupaten Gunung Kidul.