Bukan Cuma Manusia, Serangga Juga Ikut Merasakan Dampak Buruk Polusi Udara

Polusi udara di New York City, AS, terburuk pada Selasa, 6 Juni 2023.
Sumber :
  • tvOne/ Yanri Subekti

Jakarta – Polusi udara bukan hanya memiliki efek luar biasa terhadap kesehatan manusia, tapi juga pada lalat. Serangga biasanya menemukan pasangannya dengan sangat bergantung pada feromon bahan kimia yang memungkinkan jantan dan betina menemukan satu sama lain dan kawin.

Melansir dari laman Yahoo News, feromon ini berbeda untuk jantan dan betina dari suatu spesies. Dalam kasus lalat, mereka terganggu dan terdegradasi oleh peningkatan ozon yang meluas di udara, yang merupakan akibat dari polusi udara.

Ilmuwan di Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia di Jerman menemukan efek ini dengan mengembangkan percobaan yang meniru tingkat ozon yang serupa dengan yang diukur selama musim panas. Biasanya, feromon lalat jantan menarik betina sekaligus mengusir jantan lainnya.

lalat

Photo :
  • Pixabay

Tetapi peningkatan kadar ozon menyebabkan penurunan feromon, yang menyebabkan betina kurang tertarik pada jantan. Akibatnya, sejumlah spesies lalat dikabarkan mengalami susah kawin sebagai dampak dari kotornya kualitas udara tersebut. 

“Kami dapat menjelaskan bahwa pejantan mulai berpacaran satu sama lain setelah paparan ozon singkat karena mereka jelas tidak dapat membedakan pejantan ozon dari betina,” kata peneliti Nanji Jiang dan Markus Knaden. 

“Namun, kami belum memikirkan hal ini sebelumnya. Oleh karena itu, kami cukup bingung dengan perilaku laki-laki yang terpapar ozon, yang berbaris dalam rantai pacaran yang panjang,” lanjut para peneliti tersebut. 

Efek dari polusi udara ini sangat besar. Bukan hanya lalat yang terpengaruh, tapi kualitas udara juga diperkirakan memengaruhi pola banyak serangga. Sebab, komunikasi feromon ini bukan hanya dipakai oleh serangga untuk kawin saja. 

Ini juga membantu serangga mengidentifikasi anggota spesies yang sama dan komunitasnya, seperti sarang lebah, sarang tawon, dan koloni semut. Tidak ada yang terdengar lebih kacau daripada sekelompok semut, lebah, dan tawon yang bingung dan tidak pada tempatnya.

Kekacauan tidak berhenti di situ, serangga seperti lebah dan kupu-kupu adalah penyerbuk yang vital. Penurunan feromon sama dengan penurunan reproduksi dan populasi. Efeknya bisa merugikan, karena 80% tanaman kita membutuhkan serangga penyerbuk.

Kupu kupu

Photo :
  • vstory

Menurut Bill Hansson, kepala Departemen Neuroethology Evolusioner dan salah satu pendiri Max Planck Center Next Generation Insect Chemical Ecology, satu-satunya solusi untuk mengatasi dilema ini adalah segera mengurangi polutan di atmosfer.

Mengurangi polutan di atmosfer dengan segera akan membutuhkan upaya dari merek dan perusahaan besar yang melepaskan polutan dalam jumlah yang signifikan. Namun, beberapa langkah juga dapat diambil pada tingkat masyarakat. 

Masyarakat dapat mengendarai mobil mereka lebih sedikit, menggunakan lebih sedikit energi, dan memilih opsi belanja yang lebih berkelanjutan. Sehingga, polusi udara bisa segera ditekan dan tidak akan lagi memengaruhi serangga maupun manusia.