Cara Ini Bisa Dicontek Buat Jaga Lingkungan Sekaligus Cegah Kemarau
- Pixabay
VIVA Lifestyle – Negara Indonesia yang berbentuk kepulauan serta dikelilingi perairan, bukan berarti sudah terbebas dari kemarau. Untungnya, beberapa daerah sudah mampu mengatasi kondisi ini. Salah satunya di desa Gumuk, Mriyan, Klaten, Jawa Tengah, yang sudah mampu mengupayakan konservasi.
Joko Susanto yang merupakan petani konservasi asal Gumuk, Mriyan, menceritakan upaya konservasi Anggrek Merapi yang sudah dikembangkan di desanya. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.
“Selain konservasi, kami juga diberi pengetahuan mengoptimalkan Instalasi Panen Air Hujan. Kami bertahan di kemarau dengan mengandalkan tandon panen air hujan," kata Joko menyampaikan saat menghadiri buka puasa bersama PT Tirta Investama – Pabrik Klaten (AQUA Klaten), melalui keterangannya, dikutip Rabu 19 April 2023.
Lebih lanjut menurut Joko, pembuatan sumur di daerah hulu tidak dimungkinkan karena tingkat kedalamannya.
“Kami juga belajar, walau air yang ada sedikit tapi kalo mencukupi, itu akan menjadi berkah bagi kami," tambahnya.
Di wilayah Sub DAS Pusur bagian hulu, tepatnya di tenggara Gunung Merapi, AQUA Klaten menggandeng masyarakat menjaga daerah resapan dengan menanam lebih dari 141.000 pohon yang tumbuh dan termonitor secara online dengan geotagging.
Menyusul 2.650 rorak, 70 sumur resapan dan 1 embung Tirta Mulya seluas 10.000 m2 di Desa Kemalang. Bersama masyarakat, mereka juga mengembangkan Sistem Panen Air Hujan sebanyak 141 unit untuk memastikan masyarakat di hulu yang menjaga ketersediaan air juga mendapatkan akses air bersih yang memadai.
Rama Zakaria, Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten mengulas singkat juga mengenai inisiasi Revitalisasi Jogo Toya yang melibatkan 7 desa untuk menjaga dan memelihara saluran irigasi. Aktivitas juga didukung oleh pemerintah, TNI dan Polri dan elemen masyarakat yang lain.
“Air adalah sumber kehidupan yang harus dikelola dan dimanfaatkan secara bijak. Kami mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan air," tuturnya.
Sistem kelola air dengan model Jogo Toya ini mampu mengairi 300 ha sawah dari 569 ha persawahan yang sebelumnya tidak produktif karena tidak mendapatkan aliran irigasi.
"Selain itu, normalisasi 3.581 meter dari total 12.500 meter saluran irigasi sekunder dan tersier yang disebabkan karena sedimentasi dan memfungsikan 22 pintu air dari total 102 pintu air yang rusak. Aktivitas ini telah menjangkau 686 petani yang tergabung dalam 14 kelompok tani," jelas Rama Zakaria.