Grebeg Sudiro, Ritual Akulturasi Budaya Sambut Imlek di Solo
- VIVA/Fajar Sodik (Solo)
VIVA Lifestyle – Ribuan orang berebut kue keranjang yang disebar dalam Grebeg Sudiro yang digelar di kawasan Pasar Gede Hardjonagoro, Solo, Minggu, 15 Januari 2023. Event budaya yang digelar setiap menjelang Tahun Baru Imlek itu membagikan sebanyak 4000 kue keranjang.
Kirab Grebeg Sudiro yang digelar kali ini cukup meriah setelah sempat vakum selama dua tahun lantaran pandemi COVID-19. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Selain kawasan Pasar Gede, jalur yang dilintasi kirab tersebut ramai dipadati warga yang ingin menyaksikan langsung kirab event budaya.
Selain barongsai dan liong, sejumlah kesenian tradisional seperti topeng ireng, jathilan, reog dan lainnya tampak mengikuti kirab tersebut.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo tampak menyawer angpao kepada barongsai yang atraksi di depan panggung.
Kirab Grebeg Sudiro yang mengambil tema merajut harmoni dalam kebhinekaan itu mengarak sejumlah jodang yang berisi jajanan pasar hingga hasil bumi.
Sedangkan jodang yang berisi kue keranjang itu berbentuk miniatur Stadion Manahan dan Gedoeng Djoeang. Setelah iring-iringan kirab tiba di garis finish di Pasar Gede, selanjutnya jodang yang berisi kue keranjang itu dirayah warga.
Kemudian, panitia membagikan ribuan kue keranjang dengan melempar ke kerumuman warga. Hanya dalam waktu lima menit, sebanyak 4000 kue keranjang habis diperebutkan warga.
Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2023, Arga Dwi Setyawan mengatakan terdapat sekitar 15 jodang yang ikut serta dalam kirab. Dua jodang yang dihiasi dengan kue keranjang merupakan miniatur Gedoeng Djoeang 45 dan Stadion Manahan.
"Kurang lebih ada 4000 kue keranjang yang kita bagikan dan sebagian ditempelkan di dua jodang utama, yakni miniatur Gedoeng Djoeang 45 dan Stadion Manahan,” jelasnya.
Menurut dia, event budaya tersebut merupakan akulturasi budaya antara Jawa dengan Tionghoa. Apalagi kampung Sudiroprajan yang menjadi cikal bakal Grebeg Sudiro merupakan kampung pembautan antara etnis Jawa dengan Tionghoa.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, kita mengambil tema yang mengangkat keberagaman. Untuk tahun ini tema yang diambil merajut harmoni dalam kebhinekaan,” ujarnya.
Salah satu warga, Rahmawati mengaku rela menunggu berjam-jam untuk menanti pembagian kue keranjang dalam Grebeg Sudiro. Ia pun harus berdesakan dan berebut dengan warga lainnya untuk mendapatkan kue keranjang.
“Penasaran saja dengan Grebeg Sudiro karena dua tahun sempat vakum. Ini tadi setelah rebutan, alhamdulillah dapat 2 kue keranjang,” ucapnya bangga.