Gaya Kencan Situationship Jadi Tren Selama Tahun 2022, Apa Itu?

Ilustrasi pasangan.
Sumber :
  • Freepik/halayalex

VIVA Lifestyle – Pada kenyataannya, tahun 2021 belum sepenuhnya kembali normal seperti yang kita bayangkan. Masker masih jadi barang wajib sehari-hari, dan orang-orang berburu tempat vaksin seperti berburu tiket konser. 

Kemudian tahun 2022 memberi secercah kegembiraan untuk kembali menikmati kehidupan ‘di luar sana’, untuk membayar waktu yang terbuang selama lockdown. Aktivitas sosial seperti traveling dan acara offline meningkat pesat, termasuk kencan. Yuk, scroll untuk info lengkapnya.

Jutaan anak muda yang mulai berkencan saat pandemi menunjukkan bahwa mereka sudah siap kembali bersosialisasi di kehidupan nyata. Dan berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi zaman now punya cara tersendiri dan menyikapi segala lika-liku permainan dalam berkencan.

Papri Dev, Tinder APAC Comms Head mengatakan, tahun ini para single di Indonesia menunjukkan energi yang lebih bersemangat dalam berkencan. 

ilustrasi pasangan pria dan wanita

Photo :
  • Pixabay/ Pexels

"Setelah melalui pandemi, menguji kecocokan (vibes) satu sama lain lewat interaksi langsung terasa semakin penting, seperti yang kita lihat dari tingginya antusiasme terhadap konser dan aktivitas outdoor, tidak sekadar kencan makan malam biasa," ujar Papri dalam keterangannya, Minggu 18 Desember 2022. 

"Kami melihat para lajang menjalani kehidupan kencan dengan lebih baik, seiring mereka mampu melihat ‘green flags’ dari calon pasangan mereka, dan menerima Situationship sebagai gaya kencan yang baru," sambung dia. 

Lalu, apa itu Situationship? Di penghujung tahun 2022, Tinder berbagi temuan Year in Swipe terbaik, mulai dari status hubungan yang lagi viral dan pandangan terhadap isu sosial, termasuk Situationship. 

Situationship dianggap sebagai status hubungan yang valid
Tahun ini, para lajang masih menjalani lika-liku percintaan, tapi mereka ingin kesepakatan yang jelas. Situationship adalah hubungan kasual yang dianggap memiliki definisi lebih jelas; lebih dari hookup, namun di saat yang sama, bukanlah hubungan tradisional. 

Label hubungan ini mulai tren di tahun 2022. Tinder menemukan, member yang menuliskan tujuan hubungan di profil mereka meningkat sebesar 49 persen. Kemudian 1 dari 102 lajang yang disurvei, mengaku memilih Situationship sebagai cara memulai hubungan yang tidak terlalu bikin tertekan.

Ilustrasi pasangan.

Photo :
  • pixabay/chermitove

Dinner biasa mulai ditinggalkan
Aktivitas yang dilakukan saat pandemi nampaknya akan bertahan. Tinder member di Indonesia memilih ‘Jalan-jalan’ (74 persen), ‘Nge-date ke Acara Musik’ (21 persen), dan ‘Kulineran’ (57 persen) sebagai aktivitas first date favorit mereka. Kemudian ‘Olahraga Outdoor’ (27 persen) sebagai aktivitas nge-date saat musim panas. 

Mereka mencari aktivitas yang lebih autentik untuk saling mengenal satu sama lain, tidak hanya dinner bareng saja. Ada juga ide nge-date seru lainnya yang jadi tren global di Tinder, antara lain, Camping, BBQ-an, mencoba hal-hal baru, dan kuliner kaki lima.

Humoris, fresh, dan apa adanya dianggap sebagai karakter yang paling menarik
Selera humor menjadi hal yang paling dicari para member dari calon match mereka. 73 persen anak muda (global) mengaku mereka mencari orang yang punya keinginan jelas dan berpenampilan bersih. 

Saat ditanya kriteria paling penting dari pasangan, mereka memprioritaskan kualitas berbasis nilai, seperti loyalitas (79 persen), saling menghargai (78 persen), dan berpikiran terbuka (61 persen) dibandingkan fisik (56 persen).

Sama halnya di Indonesia, para single juga melihat banyak hal di luar mindset lama ‘bibit, bebet, bobot’. Mereka mencari calon pasangan yang punya pemikiran terbuka dan bisa menerima (79 persen), dapat dipercaya (68 persen), dan bisa berbagi selera humor yang sama (64 persen). 

Pandangan terhadap isu sosial bisa memengaruhi hubungan
Tiga perempat (75 persen) lajang mencari pasangan yang menghargai dan mengamati isu sosial. Aktivisme dan Hak Pemilih menjadi dua Minat yang meningkat masing-masing sebanyak 84 persen dan 37 persen pada profil member Tinder global di tahun ini. 

Ilustrasi mendengarkan musik.

Photo :
  • Freepik/freepik

Memamerkan unsur nostalgia. Banyak para lajang yang terinspirasi era 90an, terlihat dari peningkatan Minat (Interest) yang dipasang di profil Tinder mereka seperti Anak 90an, Anime, hingga Sneakers. Bahkan lagu jadul favorit yakni ‘Running Up That Hill’ oleh Kate Bush, kembali naik menjadi top 10 lagu pilihan Spotify Anthem di profil Tinder. Tinder juga terinspirasi dari tren berkencan di tahun 90an, yakni Blind Date, yang menjadi salah satu fitur Tinder. 

Fitur ini menghubungkan para member sebelum memperlihatkan profil mereka satu sama lain, dan telah digunakan sebanyak 200 ribu kali rata-rata setiap harinya. Beberapa tahun terakhir terasa sulit, dan nampaknya para lajang berusaha mencari pasangan yang autentik dengan vibes yang oke seperti zaman sebelum ada smartphone. 

Revenge travel jadi populer di Tinder
Setelah pandemi pada dua tahun terakhir, para lajang akhirnya kembali memiliki kesempatan untuk menjelajahi bagian dunia lainnya dengan pembatasan yang lebih longgar, atau bahkan tanpa pembatasan sama sekali. 

Para member Indonesia berusia 18-25 tahun rata-rata menggunakan Tinder Paspor sebanyak 9 kali tiap bulannya ke beberapa destinasi internasional, seperti Singapura, Korea dan Malaysia. Sementara untuk destinasi lokal, kota-kota seperti Jakarta, Bandung, dan Bali menjadi tiga destinasi teratas. 

Zodiak sebagai panduan
Zodiak menjadi deskripsi paling populer yang ditambahkan pada profil member Tinder, selain preferensi merokok, binatang peliharaan, dan jenis makanan yang dikonsumsi. 

Leo, Scorpio, dan Cancer menjadi zodiak yang paling banyak dimasukkan pada bio Tinder, dan yang mengejutkannya, semua zodiak punya kesempatan yang besar untuk bisa match dengan zodiak yang sama. Beberapa anak muda Indonesia percaya bahwa kecocokan zodiak merupakan pertimbangan penting dari partner kencan mereka.