Tiga Kampung yang Berdampingan dengan Makam, Orang yang Baru Meninggal Disebut 'Warga Baru'
- Pixabay/Krystian
VIVA Lifestyle – Makam adalah tempat di mana jenazah dikuburkan. Tempat ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir umat manusia yang sudah meninggal dunia. Makam yang identik dengan jenazah orang-orang yang telah meninggal dunia, tak jarang memberikan kisah yang penuh misteri dan bikin bulu kuduk merinding.
Makam yang diketahui sepi dengan bersebelahan dengan pohon-pohon besar, terhembus aroma melati hingga kamboja yang khas, serta suasana seram membuat tempat peristirahatan ini enggan untuk dilewati orang-orang lantaran dianggap menyeramkan hingga keramat.
Tak jarang membuat orang yang hendak melintas tempat tersebut dibuat takut hingga merinding dibuatnya. Meskipun dinilai angker, menyeramkan hingga identik dengan penuh mistis, ternyata ada beberapa kampung yang letaknya di Indonesia justru hidup berdampingan dengan makam-makam.
Seolah tidak ada rasa takut dan tidak terlalu masalah, mereka bak tinggal berdampingan dengan rumah-rumah warga seperti biasanya. Berbagai aktivitas pun dilakukan sewajarnya mereka tinggal di kampung pada umumnya.
Lantas, mengapa kampung ini begitu berani tinggal di tengah-tempat tempat mayat dikuburkan? Dari pada penasaran simak ulasan berikut ini.
Kampung Katiasa Cirebon
Deretan pertama kampung yang berdampingan dengan pemakaman adalah Kampung Katiasa Cirebon. Kampung ini sempat viral di media sosial lantaran keberadaannya di tengah-tengah pemakaman. Tidak hanya satu, dua pemakaman, melainkan puluhan bisa Anda temukan di sini.
Ini adalah Taman Pemakaman Umum (TPU) Kemlaten sekaligus menjadi tempat tinggal warga Kampung Katiasa RW 09, Kelurahan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat. Tidak hanya ada sebuah rumah, terlihat juga ada sebuah toko besar yang dikelilingi makam.
Seolah tidak ada rasa takut, para bocah terlihat begitu asyik menikmati kampung sembari bermain di sekitar makam. Adeng Kusuma mengatakan jika warga sudah terbiasa dan tidak pernah mengalami hal mistis selama tinggal di area tersebut.
Menurut sejarah, kampung tersebut didirikan oleh Syekh Siti Jenar yang kala itu singgah di kampung tersebut. Kabarnya, Syekh Siti Jenar juga dimakamkan di kampung Katiasa. Untuk penghormatan, warga rutin mengadakan tahlil dan doa bersama setiap 17 Agustus.
Kampung Pasir Makam Cianjur
Kampung selanjutnya yang berdampingan dengan makam adalah Kampung Pasir Makam yang lokasinya berada di Cianjur. Terlihat dari gambar berikut ini nampak para warga kampung santai dan seolah tidak hal berbeda dari kampung ini. Mereka seolah sudah terbiasa tinggal di pemakaman seperti ini.
Kampung ini terlihat sangat asri dengan di sekelilingi pepohonan rimbun, suasananya pun terlihat sejuk dan asri. Makam ini mengelilingi seluruh kampung hingga terlihat membaur selayaknya rumah biasa.
Bak tidak ada yang menakutkan dari pemakaman ini, hingga beberapa warga ada yang berani tidur di halaman rumah yang sangat dekat dengan makam. Justru para pemilik rumah di kampung ini selalu menganggap makam yang baru dibuat sebagai warga baru di kampungnya.
Kampung Cikupa Bandung Barat
Terakhir ada kampung Cikupa yang lokasinya berada di Bandung Barat. Bukan hal yang aneh lagi bagi warga kampung Cikupa yang hidup berdampingan dengan makam-makam di sekitar rumahnya. Jika Anda ke sini, Anda pasti akan menemukan banyak makam di sekitar halaman rumah dan bagian belakang rumah, di mana nisannya berupa pinggiran semen atau batu.
Bukan tanpa alasan banyak makam di sekitar kampung ini. Seorang warga bernama Engkon Ukron pun membeberkan bahwa sejak lima generasi sebelumnya, warga punya tradisi menguburkan anggota keluarga di area lahan pribadi miliknya masing-masing.
Dengan begitu, makam akan lebih terawat dan keluarga merasa selalu dekat dengan mereka yang telah tiada. Sayangnya, ada beberapa makam harus dipindah ke TPU lantaran maraknya pembelian tanah oleh Pemda. Padahal, warga masih sangat terikat dengan tradisi tersebut.
Demikian itu tadi sederet kampung yang hidupnya berdampingan dengan tempat pemakaman. Mereka sepertinya sudah terbiasa hidup berdampingan dengan liang lahat yang berisikan mayat-mayat yang telah meninggal dunia.
Bukannya takut, mereka justru seperti tinggal di kampung pada umumnya, masih bisa santai dan asyik bermain di sekitar kampung.Kamu berani tinggal di sini?