Mengejutkan! Ini 5 Ritual Seks dari Suku Pedalaman Indonesia
- Hipwee
VIVA Lifestyle – Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas ratusan suku bangsa dengan bahasa, budaya, serta kebiasaan adat yang khas. Setiap suku memiliki tradisi-tradisi adat yang berbeda antara satu dengan lainnya, tak tradisi-tradisi kedewasaan.
Ternyata, beberapa suku di Indonesia dengan tradisi kedewasaan nyeleneh yang diluar logika dan tidak bisa dicerna oleh akal sehat. Bahkan tradisi tersebut memberikan dampak kerugian bagi pihak tertentu.
Berikut VIVA ulas dari lansiran berbagai sumber mengenai deretan tradisi kedewasaan atau ritual seks nyeleneh dari suku-suku pedalaman di Indonesia.
Yuks scroll ke bawah!
1. Sunat Jepit Bambu, Suku Atoni Pah Meto
Suku Atoni Pah Meto merupakan salah satu suku pedalaman yang ada di wilayah Timor Barat. Setiap anak laki-laki dari Suku Atoni Pah Meto yang memasuki usia pubertas akan menggunakan pisau tajam dan informasi dari bambu.
Tradisi ini sebagai tanda telah memasuki kedewasaan dan meningkatkan kepuasaan seksual. Ketika luka masih basah, anak laki-laki kemudian diharuskan melakukan hubungan seksual untuk membuang sisa-sisa dan penyakit.
Sayangnya perempuan yang menjadi pelampiasan hubungan seksual dari anak laki-laki lalu akan dikucilkan oleh masyarakat Suku Atoni Pah Meto.
2. Ritual Homoseksualitas dengan Dukun, Suku Pedalaman dari Maluku
Ritual kedewasaan aneh selanjutnya datang dari salah satu suku di pedalaman Maluku. Setiap anak laki-laki dari suku ini belum dianggap dewasa jika belum digauli oleh seorang dukun yang menjadi petinggi adat.
Perlu diketahui bahwa dukun yang menggauli anak laki-laki juga merupakan seorang laki-laki juga. Ritual homoseksualitas ini membuktikan bahwa hubungan seks sejenis telah ada di Indonesia sejak dahulu.
3. Duel Fisik Suku Asmat
Anak laki-laki dari Suku Asmat di Papua yang menginjak usia pubertas akan melakukan duel fisik dengan laki-laki yang lebih dewasa sebagai simbol kedewasaan.
Masyarakat Suku Asmat percaya dengan ritual ini maka kekuatan dari laki-laki yang lebih dewasa akan diwarisi oleh anak laki-laki tersebut. Ritual ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Suku Asmat karena dianggap terlalu berbahaya.
4. Ritual Malam Pertama, Suku Marind
Jika sewajarnya pasangan kekasih yang telah menikah akan tidur bersama untuk merayakan malam pertama, berbeda dengan Suku Marind di Papua. Bagi setiap laki-laki Suku Marind meniduri istri yang baru saja dinikahi saat malam pertama akan kehilangan pamornya.
Menurut Suku Marind, seorang pria tidak bisa begitu saja menyerahkan diri kepada seorang wanita. Oleh karena itu saat malam pertama, laki-laki dari Suku Marind akan meniduri seorang laki-laki juga.
5. Gemblak, Suku Kuno di Ponorogo
Masyarakat suku kuno di Ponorogo memiliki ritual kedewasaan yang disebut Gemblak. Gemblak merupakan seorang pria tampan yang biasanya menjadi teman tidur warok atau tetua adat.
Setelah pernikahan mereka akan tidur secara terpisah saat malam pertama. Mempelai wanita akan tidur bersama keluarganya, sedangkan sang laki-laki akan tidur ditemani seorang gembak untuk melayani keinginannya.