Pandangan Islam Terhadap Anak Indigo Menurut Ustadz Faizar

Ustadz Faizar dan Arie Untung
Sumber :
  • Tangkapan Layar: YouTube

VIVA Lifestyle –  Belakangan ini banyak sekali yang menghubungan beberapa kejadian dengan kemampuan indigo menerawang hal gaib atau bahkan meramal peristiwa yang akan datang. Mulai dari musibah yang terjadi kepada figur publik, sampai peristiwa bencana yang terjadi belakangan ini. Sampai akhirnya banyak orang yang penasaran tentang indigo menurut Islam

Ustadz Muhammad Faizar saat hadir dalam podcast Cerita Untungs menjelaskan apa yang dimaksud dengan indigo. Menurut dia, kata indigo berasal dari bahasa Spanyol yang berarti warna nila, biru gelap, atau ungu. Warna tersebut sebetulnya adalah warna cakra yang menurut kepercayaan orang indigo di tubuh manusia ada tujuh cakra. 

“Paling bawah warnanya merah letaknya ada di antara, maaf, kemaluan dan lubang dubur. Kemudian yang ada di bawah pusar itu oren warnanya jingga. Kemudian diatasnya lagi kuning. Kemudian di dada itu warna hijau. Naik ke tenggorokan itu biru, baru ke cakra mata ketiga yaitu indigo warnanya nila,” ucap Ustadz Faizar. 

Letak cakra indigo tersebut berada di tengah-tengah antara kedua mata atau kedua alis. Cakra tersebut kemudian sering disebut mata batin oleh sekelompok orang yang mengaku dirinya sebagai indigo. Selain itu, ada pula cakra yang paling atas cakra ajna berwarna ungu dan terakhir ada cakra yang berwarna putih. 

Lebih lanjut dia menyebut bahwa banyak orang yang hanya memahami indigo dalam sisi interdimensional. Ini adalah anak-anak yang bisa berhubungan langsung dengan makhluk antar dimensi atau entitas astral. Dengan kata lain, entitas astral tersebut adalah golongan bangsa jin dan bahkan banyak orang yang mengaku sering berkomunikasi dengan mereka.

 “Bahkan ada yang ngeklaim dirinya itu bisa berinteraksi dengan roh-roh orang yang sudah meninggal. Kemudian diwawancarai ‘kenapa kok meninggal?’, ‘kenapa kok bunuh diri?’, ‘kenapa kecelakaan?’, ‘kejadiannya bagaimana’. Itu versi mereka, kalo kita jelas itu gak benar yang semacam itu,” jelasnya. 

Ia kemudian membuat sebuah buku lantaran merasa prihatin dengan akidah umat manusia zaman sekarang. Terlebih saat ini ada banyak anak muda yang terobsesi dengan ruh orang yang sudah meninggal bisa diajak bicara. Hal itu ternyata bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam Al Quran.

Selaku kaum muslimin, Ustadz Faizar memiliki kewajiban dalam mengingatkan kepada saudara seagama supaya tidak mempercayai hal tersebut. Ia menegaskan jangan meyakini konsep reinkarnasi atau penjelajah waktu karena ini tidak termasuk ke dalam akidah umat Islam.