Etnis Perantau, Ini 5 Tradisi Minang yang Tetap Eksis

Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar
Sumber :
  • Dokumentasi Angkasa Pura II

VIVA Lifestyle – Minangkabau, Sumatera Barat dikenal juga dengan sebutan bumi 'Sitti Nurbaya'. Sebutan ini muncul dari salah satu karya novel Marah Rusli yang berjudul "Kasih Tak Sampai", di mana salah satu tokoh yang sangat populer dalam buku itu adalah Sitti Nurbaya. Buku ini diterbitkan oleh salah satu penerbit nasional negeri Hindia Belanda pada tahun 1922.

Kisah cinta Sitti Nurbaya dengan Samsulbahri yang terhalang oleh Datuk Maringgih ini pernah difilmkan. Melegendanya kisah Sitti Nurbaya ini, setiap tahunnya dikemas dalam sebuah acara yang disebut Festival Sitti Nurbaya.

Nah, selain memiliki keunikan budaya dari sosok perempuan Minang yang lahir dari karya seorang Marah Risli, Minang juga memiliki banyak sekali keragaman budaya yang lain, yang keragaman budaya di Nusantara.

Apa saja keragaman budaya tradisi yang dimiliki bumi Sitti Nurbaya ini? Viva merangkumnnya dari berbagai sumbernya sebagai berikut.

1. Upacara Turun Mandi

Pemandian Lubuk Minturun, Padang, Sumatera Barat

Photo :
  • Antara/ Maril Gafur

Upacara Turun Mandi adalah salah satu upacara tradisional masyarakat Minangkabau yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya seorang anak ke dunia, sekaligus memperkenalkan sang bayi kepada masyarakat.

Upacara Turun Mandi ini digelar di sungai (batang aia), dengan prosesi arak-arakan. Upacara ini sendiri hanya bisa dilaksanakan di Batang Aia atau Sungai.

2. Balimau

Tradisi Balimau Sumatera Barat

Photo :
  • U-Report

Balimau adalah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan ramadhan. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau di lubuak atau sungai. Selain itu Balimau juga memiliki makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan satu sama lain sebelum menyambut bulan suci ramadhan.

3. Batagak Pangulu

Pernikahan Tika Bravani dan Dimas Aditya dengan adat Minang

Photo :
  • instagram.com/adhyakti_wedding

Masyarakat etnis Minangkabau hidup dalam budaya bersuku dan berkaum. Setiap suku biasanya memiliki seorang penghulu suku atau Datuak. Ketika sebuah suku atau kaum mengangkat pimpinan kaumnya yang baru maka diadakanlah upacara Batagak Pangulu.

Upacara Batagak Pangulu merupakan salah satu upacara besar yang menjadi tradisi masyarakat Minangkabau. Acara ini biasanya diadakan dengan menyembelih kerbau dan mengadakan acara pesta selama 3 hari bahkan sampai seminggu lamanya.

4. Tabuik

Upacara Adat Tabuik di Pariaman

Photo :
  • U-Report

Salah satu tradisi unik yang ada di Sumatera Barat adalah Pesta Tabuik. Perayaan Tabuik merupakan tradisi masyarakat Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein.

Prosesi ini biasanya berlangsung selama satu minggu dengan perayaan puncak yang dinamakan “Hoyak Tabuik” yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Salah satu kalimat tentang Pariaman dan Tabuik adalah sebuah Pantun yang berbunyi: “Pariaman tadanga langang, batabuik mangkonyo rami.”

Pada puncak perayaan Tabuik ini biasanya masyarakat dari seluruh penjuru Sumatera Barat akan memenuhi Kota Pariaman untuk menyaksikan “Hoyak Tabuik”. Tidak hanya dari Sumatera Barat, mereka yang menyaksikan prosesi Pesta Tabuik bahkan juga datang dari luar negeri. Event tahunan Kota Pariaman ini memang selalu dinanti setiap tahunnya.

5. Pacu Jawi

Pacu jawi alias balapan sapi ala masyarakat Minangkabau di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Photo :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

Salah satu tradisi unik yang menjadi favorit dari Sumatera Barat adalah Pacu Jawi. Pacu Jawi merupakan tradisi unik yang dilakukan masyarakat Tanah Datar khususnya masyarakat di kecamatan Sungai Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan. Selain itu Pacu Jawi juga dilaksanakan di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh.

Sekilas, Pacu Jawi mirip dengan Karapan Sapi di Madura. Namun yang membedakan keduanya adalah lahan yang digunakan. Jika Karapan Sapi menggunakan sawah yang kering, maka Pacu Jawi menggunakan sawah yang basah dan berlumpur.

Selain itu untuk mempercepat lari sapi, joki Pacu Jawi tidak menggunakan tongkat seperti Karapan Sapi, mereka biasanya menggigit ekor sapi.

Nah, itu tradisi Minangkabau yang masih eksis dan dapat dijumpai di tanah minang dan bahkan diluar tanahnya sendiri loh.