Penting, Ini Momen Paling 'Kritis' Berenang di Sungai Aare Swiss

Sungai Aare di Bern, Swiss
Sumber :
  • Youtube Virtual Switzerland

VIVA – Sungai Aare di Bern, Swiss, tengah menjadi perbincangan lantaran menjadi tempat terakhir terlihatnya putra Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril. Rupanya, sungai tersebut menjadi tempat wisata yang disorot oleh banyak wisatawan untuk menikmati suasana namun memiliki aturan penting saat berenang di sana.

Keindahan Sungai Aare Swiss tak terbantahkan. Meski begitu, kasus hilangnya Eril lantaran diduga terseret arus deras Sungai Aare Swiss, membuat banyak netizen memberi rating satu untuk tempat wisata tersebut. Untuk itu, konten kreator Syarif Zapata mengunjungi dan mencoba berenang di Sungai Aare demi mematahkan opini netizen tersebut.

Hal pertama yang patut diingat adalah waktu terbaik untuk berenang. Momen itu dapat dilihat dengan keramaian pengunjung yang hendak menikmati suasana di Sungai Aare. Menurut Youtuber itu, jika ramai pengunjung maka itu memang waktu tepat untuk berenang di sana.

Selanjutnya, Syarif memberikan pakem yang sebaiknya dilakukan yaitu dengan bilas terlebih dahulu di pancuran atau air kolam yang disediakan. Hal itu dilakukan agar tubuh tidak syok dengan suhu dingin Sungai Aare.

"Jadi kalau kalian langsung nyemplung, badannya panas, susah. Harus bilas dulu. Fasilitas lengkap bukti Aare sering dipake renang. Abis bilas, badan kalian udah terbiasa. Suhu airnya (di kolam) kaya di sungai, air ini juga bisa diminum," ujar Syarif, dikutip dari laman Youtube miliknya.

"Ini penting, karena suhu air dingin, jadi badan terbiasa. Sebelum nyemplung sungai, badan udah terbiasa bangetlah," sambungnya.

berenang di Sungai Aare

Photo :
  • bern.com

Persiapan lain yang perlu dibawa berupa pelampung. Di sini, Syarif menggunakan dry bag yang sudah dikecilkan yang nantinya bisa digunakan sebagai pelampung saat berenang. Terdapat juga papan informasi yang menunjukkan suhu air, suhu udara, hingga temperatur dan aturan berenang.

"Ada tangga dan pegangan juga, (untuk turun ke sungai) karena udah nyemplung di kolam tadi, air sungai pun udah terasa sama (dinginnya)," bebernya.

Dijelaskan Syarif, saat berenang harus memiliki strategi ketika hendak menepi. Para pengujung harus memahami lokasi untuk menepi sehingga nantinya bisa mencoba perlahan ke arah sisi agar tak terbawa arus.

"Sebelum keluar, kita harus menepi. Itu salah satu poin kritikal. Kalian harus udah tahu, kapan kalian harus keluar. Jadi sebelum kita turun di air, kita bakal tahu akan turun di loker tadi. Di marcili bat. 20-30 meter sebelumnya kita udah harus menepi," jelasnya.

Jika tidak memiliki strategi itu, Syarif menyebut bahwa titik keluar yang seharusnya bisa menjadi tempat menepi justru akan terlewat. Momen itu akan membuat otak panik dan berpikir melawan arus demi bisa menepi di tempat yang sesuai.

"Kalian bakal panik, bakal kehabisan tenaga banget," imbuhnya.

Sungai Aare

Photo :
  • bern.com

Rekan Syarif, Albern Sultan yang ikut berenang pun membeberkan bahwa paling utama ketika terbawa arus, hindari perasaan panik. Meski sulit, hindari keinginan untuk melawan arus karena akan membuang tenaha dan usahakan mencari lokasi berikutnya di mana akan ada papan penandanya.

"Menantang pas turun, badan kaget. Arusnya deres jadi kaget. Udah kaget kena suhu dingin, terus airnya deres," jelasnya.

Usahakan untuk berenang dengan menghadap ke depan dan mencoba gaya katak. Menurut Syarif dan Albern, meski di awal turun tubuh kaget, namun setelahnya akan menikmati dan bisa santai di tengah sungai. Namun ingat, segera menepi saat melihat papan titik untuk berhenti secara perlahan.

"Awal berenang di tengah lebih aman. Nggak tahu di pinggir ada dahan pohon, batu," jelasnya.

"Pas mau keluar, usahain badan masih ngambang, pelan-pelan angkat ke atas. Di pinggiran dasar udah dangkal, bisa pelan-pelan menepi dan nggak kepentok batu," jelas Albern.