Cerita Bu Aril Raup Jutaan Rupiah, Bisnis Selongsong Ketupat Lebaran
- VIVA/ Teguh Joko Sutrisno/ Semarang
VIVA – Lebaran menjadi berkah bagi para perajin selongsong ketupat. Selongsong ketupat adalah anyaman janur atau daun kelapa yang dibentuk menjadi persegi untuk diisi beras. Setelah direbus akan menjadi ketupat untuk hidangan Lebaran.
Dengan pelonggaran PPKM dan dibolehkannya mudik pada musim Lebaran 2022, para pembuat selongsong ketupat tahun ini bisa tersenyum lebih lebar. Dagangannya laris manis tanjung kimpul.
Seorang pembuat selongsong ketupat yang mremo atau jualan dadakan di Pasar Banyumanik Semarang mengatakan, ia kali ini berani membawa janur lebih banyak dari tahun lalu.
"Bawa empat ribu janur mas. Kalau tahun lalu hanya bawa dua ribu janur. Kita sudah perhitungkan karena situasinya kan sudah membaik. Banyak yang mudik dan ingin makan ketupat," kata Bu Aril, yang datang jauh-jauh dari Salatiga untuk berjualan ketupat dan menginap selama dua hari di Pasar Banyumanik Semarang, Sabtu (30/4).
Ia datang ke Semarang bersama suami dan para tetangga. Di kampungnya daerah Kecandran Salatiga, mremo bikin selongsong ketupat sudah menjadi pekerjaan setiap masa menjelang lebaran. Mereka rela menginap di pasar selama tiga hari untuk membuat selongsong ketupat sekaligus menjualnya.
Hal iitu dibenarkan Riyanto, pedagang ketupat satu rombongan asal Salatiga. Biasanya mereka datang satu rombongan dari kampung, kemudian berbagi tempat di emperan toko maupun kios. Siang malam para mereka menganyam janur menjadi selongsong ketupat.
"Harus dikerjakan siang malam pak. Kalau nggak gitu nggak bisa dianyam semua," kata Riyanto kepada, Sabtu (30/4/22).
Dalam sehari Bu Ar dan rombongan mengaku bisa menganyam 500 selongsong ketupat. Maka selama tiga hari mremo ia bisa membuat 1.500. Karena dalam satu rombongannya ada 4 orang, sehingga mereka total membuat 6 ribu selongsong ketupat.
"Harganya per ikat 15 ribu. Naik dari tahun lalu kan 10 ribu. Lumayan lah. Kalau laku semua bisa dapat 9 juta. Kita bagi empat masing-masing dapat 2 juta lebih. Tapi itu kotor ya, belum dipotong harga kulak janurnya, transportasi, dan makan selama mremo," katanya.
Berapa ongkok kulaknya?
"Rahasia lah mas. Yang pasti lumayan lah hasilnya buat berlebaran," jelasnya.
Laporan: Teguh Joko Sutrisno/ Semarang