9 Kebiasaan Buruk Orang Indonesia yang Masih Mendarah Daging

VIVA – Kebiasaan buruk orang Indonesia yang sering dipraktikkan ini penting untuk diketahui sebagai sebuah evaluasi menjadi manusia yang lebih baik lagi. Padahal hidup merupakan sebuah anugerah yang perlu dijalankan dengan sangat baik. Tapi, orang Indonesia cenderung lebih memilih hidup senang dan melaksanakan apa yang diinginkan saja. Padahal, menikmati hidup dengan menuruti semua keinginan juga tidak seterusnya baik untuk keberlangsungan hidup. 

Sebagai seorang manusia, kita sudah seharusnya menyayangi diri sendiri dengan menghindari berbagai kebiasaan buruk. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang Indonesia ini bahkan jarang ditemui di negara lain, bahkan hampir tidak ada sama sekali. Latar belakang sosial turut memberikan pengaruh untuk kebiasaan masing-masing. Nah, menyadur dari berbagai sumber, berikut ulasan tentang kebiasaan buruk orang Indonesia yang harus dihindari. 

1. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan buruk yang pertama dan sangat umum dilakukan oleh orang Indonesia adalah merokok. Tampaknya, mencari seorang pria yang bukan perokok cukup sulit sekali lantaran mayoritas laki-laki Indonesia sudah terbiasa untuk merokok. Walaupun perempuan juga tidak luput dari kebiasaan yang satu ini. Yang lebih memprihatinkan lagi, saat ini kita kerap menjumpai anak-anak di bawah umur yang sudah merokok. Padahal, dampaknya tidak main-main. 

2. Tidak Memakai Helm

Tentu saja ada banyak alasan mengapa helm diciptakan dan diatur agar para pengendara sepeda motor memakainya. Tapi sayang, walaupun semua orang mengetahui bahwa helm bermanfaat untuk melindungi diri dari kemungkinan kecelakaan, tapi tetap saja tidak dipakai. Biasanya, bila melihat aparat kepolisian, mereka baru memakai helm. Padahal, yang namanya kejadian tidak terduga tidak akan memandang apakah sedang ada polisi atau tidak. 

Mungkin banyak dari kita yang sudah membuat janji, misal datang jam 3 sore, ternyata baru sampai di tempat tujuan satu jam setelahnya. Padahal kebiasaan buruk ini selain akan merugikan waktu orang lain yang telah menyisihkan waktu mereka untuk kita, hal ini juga akan merugikan kita harus terburu-buru dan malah melupakan hal lain. Jadi, mari mengatur waktu sebaik mungkin dan saling menghargai waktu yang dimiliki orang lain juga. 

Tidak jarang masyarakat Indonesia yang lebih memilih tidur atau bermalas-malasan saat ada waktu luang. Bahkan, ketika ada tugas atau pekerjaan, mereka akan mengatakan malas dan lebih memilih untuk menundanya. Ketika mendekati deadline, baru akan pusing dan kelimpungan sendiri lantaran kerjaan yang semakin menumpuk. 

Berkumpul dengan teman-teman, tapi tidak dihabiskan untuk membahas tentang pekerjaan atau hal positif yang lain. Ini merupakan sebuah kebiasaan buruk yang ada di masyarakat Indonesia, yaitu membicarakan orang lain. Bila membicarakan tentang prestasi orang lain tentu tidak akan masalah lantaran bisa menjadi sebuah motivasi. Lain halnya bila justru membicarakan hal bodoh, kekurangan orang lain, dan bahkan aib orang lain. 

Kebiasaan buruk ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Tapi masih ada saja orang-orang yang melakukan hal tersebut dengan dalih terburu-buru dengan pekerjaan yang lain. Tentu saja, semua orang mempunyai kesibukan masing-masing dan menerobos antrian bukan sebuah cara yang bisa diterima oleh siapapun, bukan?

Menurut data yang berasal dari Transparency International, peringkat korupsi Indonesia masih menduduki posisi 107 dunia. Hal ini masih terletak di bawah negara tetangga kita seperti Malaysia, dan Singapura. Level korupsi dari birokrat teratas sampai pegawai kelas bawah juga harus segera dimusnahkan untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. 

Tidak jarang fasilitas umum dirusak dengan sengaja oleh oknum-oknum atau tidak sengaja dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Seperti mencoret-coret dinding, tawuran sampai merusak fasilitas umum, sampai melemparkan batu ke area kereta api. 

Saat mencapai sebuah tujuan supaya mencapai hasil yang terbaik tentu diperlukan sebuah proses yang tidak mudah. Tapi sayang, tak sedikit orang Indonesia yang memiliki kebiasaan buruk ingin mencapai sebuah hal dengan cara yang instan. Misalnya adalah kehadiran ijazah palsu lantaran mereka ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.