5 Fakta Sunan Gresik, Penyebaran Islam Pertama di Tanah Jawa
- Tangkapan Layar
VIVA – Fakta Sunan Gresik merupakan Wali pertama di antara para Walisongo lainnya, Sunan Gresik memiliki beberapa julukan, mulai dari sebagai bapak para wali hingga penyebaran dakwah dan ajaran Islam pertama ke Tanah Jawa.
Sunan Gresik juga merupakan Bapak dari Sunan Ampel dan Kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat, tidak banyak diketahui mengenai lahirnya Sunan Gresik, tapi Sunan Gresik meninggal pada tahun 1419, tepatnya pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 822 Hijriyah.
Melihat dari silsilah Sunan Gresik merupakan keturunan Nabi Muhammad ke-22 melalui Siti Fatimah yang menikah dengan Ali Bin Abi Thalib, namun sampai sekarang silsilah Sunan Gresik masih menjadi perdebatan, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Sunan Gresik merupakan keturunan Arab, dan ada juga yang mengatakan bahwa Sunan Gresik keturunan Uzbekistan.
Babak Wali Songo ini memiliki nama lengkap Maulana Malik Ibrahim, atau dikenal dengan Maulana Maghribi, namun namanya lebih populer di kalangan banyak orang dengan sebutan Sunan Gresik, pasalnya Sunan Gresik berdakwah cukup lama di Gresik, Jawa Timur.
Dilaporkan Sunan Gresik tinggal di Desa Sembalo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, di sana juga Sunan Gresik pertama kali membangun masjid di Desa Pasucinan, Manyar. Berikut beberapa fakta tentang Sunan Gresik seperti dikutip dari Orami dan P2kp.Stiki Sebagai berikut:
1. Asal Usul Keturunan
Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik Ibrahim, walaupun pada umumnya disepakati bahwa ia bukanlah orang Jawa asli. Sebutan Syekh Maghribi yang diberikan masyarakat kepadanya, kemungkinan menisbatkan asal keturunannya dari wilayah Arab Maghrib di Afrika Utara.
Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma menyebutnya dengan nama Makhdum Ibrahim as-Samarqandy, yang mengikuti pengucapan lidah Jawa menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi. Ia memperkirakan bahwa Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand, Asia Tengah.
Namun demikian, kemungkinan argumen yang terkuat adalah berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas baris kelima tulisan pada prasasti makamnya di desa Gapura Wetan, Gresik. Yang mengindikasikan bahwa ia bermula dari Kashan, suatu tempat di Iran sekarang.
Terdapat sebagian versi mengenai silsilah Maulana Malik Ibrahim. Ia pada umumnya dianggap merupakan keturunan Rasulullah SAW, melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), dan Maulana Malik Ibrahim.
2. Penyebaran Agama di Tanah Jawa
Sunan Gresik dianggap termasuk salah seorang yang pertama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di kalangan para Walisongo lainnya. Sebagian versi babad menyatakan bahwa kedatangannya didampingi sebagian orang.
Daerah yang ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar, yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa segi timur, dengan mendirikan masjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Pertama yang dipertontonkannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan keyakinan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, sejumlah masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim selanjutnya melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit walaupun tidak benar Islam tetapi menerimanya dengan adun, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran Kota Gresik.
Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama Desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga memuat unsur-unsur kebenaran, mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya.
Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai pergi untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga disiapkan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya.
3. Legenda Rakyat
Menurut legenda rakyat, diberitahukan bahwa Syeh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia. Syeh Maulana Malik Ibrahim dan Syeh Maulana Ishaq dituturkan sebagai anak dari Syeh Maulana Ahmad Jumadil Kubro, atau Syekh Jumadil Qubro. Syeh Maulana Ishaq dituturkan menjadi ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Raden Paku atau Sunan Giri.
Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah; Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim ke Champa, sementara saudara kandungnya yang lebih mudanya Syekh Maulana Ishak mengislamkan Samudera Pasai.
Syeh Maulana Malik Ibrahim dituturkan bermukim di Champa selama tiga belas tahun. Ia menikahi putri raja dan dikaruniai dua putra yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Setelah cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, ia hijrah ke pulau Jawa dan meninggalkan keluarganya. Setelah dewasa, kedua anaknya mengikuti jejaknya menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Syeh Maulana Malik Ibrahim dalam cerita rakyat kadang-kadang juga disebut dengan nama Kakek Bantal. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan sukses dalam misi nya membantu masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara.
Selain itu, ia juga sering mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya. Sebagai tabib, dituturkan bahwa ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang bermula dari Champa. Agung kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
4. Sunan Gresik Mendirikan Pesantren Pertama
Tidak hanya Masjid saya yang didirikan oleh Sunan Gresik, Beliau juga membangun pesantren pertamanya di pulau Jawa, Sunan Gresik memegang peran penting atas penyebaran Islamnya di tanah Jawa.
Mendapatkan kepercayaan dari Raja Majapahit untuk terus menyebar luaskan ajaran Islam, namun belum bisa dipastikan apakah Sunan Gresik membangun masjid terlebih dahulu atau membangun Pesantren terlebih dahulu, namun di desa Pasucian merupakan tempat di mana ia membangun masjid dan pesantren, nama masjid itu pun masih tetap ada sampai sekarang dan menjadi masjid paling tua di Jawa.
5 Menolong Gadis yang Akan Dijadikan Tumbal
Pada awal kedatangannya ke Tanah Jawa, Sunan Gresik mengalami kejadian yang tidak terduga, pada saat pertama datang ke Jawa memang cuaca sedang sangat panas, dan mengalami kemarau berkepanjangan.
Di tengah perjalanannya, Sunan Gresik melihat seorang gadis yang sedang dikerumuni oleh orang-orang dan diletakan di atas batu besar sembari diikat, dan diantara orang yang berkerumun itu ada yang sedang memegang pisau.
Saat Sunan Gresik bertanya kepada orang-orang itu, ternyata gadis itu akan ditumbalkan kepada dewa hujan untuk menjadikan sesajen agar meminta diturunkan hujan, kemudian ketika Sunan Gresik mencoba untuk menolong gadis itu, beberapa orang mencoba untuk mendatangi Sunan Gresik, namun baru dua langkah orang yang ingin mendatangi Sunan Gresik langsung terdiam lemas.
Kemudian Sunan Gresik menghadap Kiblat dan melakukan Sholat Istisqa dua rakaat untuk meminta diturunkan hujan kepada Allah, tak berselang lama hujan pun langsung turun dan membasahi sebagian tanah jawa.
Orang-orang di sekitarnya pun sangat senang dan sampai mau menyembah Sunan Gresik, akan tetapi tindakan itu langsung di bantah oleh Sunan Gresik, dan ia pun meminta kepada masyarakat untuk menyembah Allah dan mengucapkan kalimat Syahadat.