Bule Kanada Jadi Mualaf Usai Mengenal Islam di TikTok
- Tangkapan layar
VIVA – Joanie, perempuan yang berasal dari Akadia, sebuah tempat di Kanada, memiliki budaya Kristen yang sangat kental. Bule ini bahkan menilai agama Islam sangat buruk meski belum mengenalnya. Namun, pada akhirnya ia menyadari kebenaran melalui media sosial TikTok sehingga memutuskan jadi mualaf.
"Saya pada dasarnya pindah ke Islam karena saya tidak dapat menyangkalnya. Jadi,m alhamdulillah atas bimbingan Allah saya masih memiliki jalan panjang tetapi saya tidak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan bagi saya," tutur Joanie dalam kanal YouTube Ayyatuna Ambassador.
Bukan hal yang mudah bagi Joanie untuk bisa mengenal Islam. Joanie lahir dan tumbuh di daerah Akadia yang dominan beragama Kristen. Joanie tak mengenal agama lainnya lantaran tak ada pendidikan agama di sekolahnya.
"Daerah di mana saya dibesarkan secara harfiah kebalikan dari beragam. Jadi karena kurangnya paparan saya, saya benar -benar tidak tahu apa-apa tentang agama," ucap Joanie.
Di tempatnya tinggal, setiap bayi yang terlahir di sana akan dibaptis terlebih dahulu. Meski hidup dalam budaya Kristen, semenjak memasuki usia remaja Joanie melepaskan diri dari agama Kristen. Ia merasa agama Kristen tidak memiliki pengaruh besar dalah hidupnya.
"Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen. Saya dibaptis, saya pergi ke gereja selama 10 tahun. Saya belajar Alkitab setiap minggu selama enam tahun, Saya orang Akadia dan sebagian besar budaya acadian adalah Kristen, dan secara harfiah setiap anak acadian dibaptis," kata Joanie.
Namun, jalan hidup Joanie cukup unik. Meski kental di lingkungan Kristen, Joanie tak merasakan pengaruh apapun, terutama pada hatinya. Joanie tak menyebut hal negatif dari agama Kristen. Hanya saja, ia merasa hatinya tak merasakan kenyamanan hingga memutuskan tak menganut agama apapun.
"Tetapi setelah semua itu saya menyadari agama bukanlah sesuatu yang saya pedulikan apapun. Saya tidak akan pernah menghina atau tidak menghormati Kristen. Kekristenan hanyalah sesuatu yang tidak pernah berdampak pada hidup saya, terlepas dari jumlah paparan yang saya dapatkan saat tumbuh dewasa," kenangnya.
Usai menjadi atheis, Joanie mengaku merasakan kehampaan di hatinya. Meski tak peduli akan suatu agama, Joanie tetap merasa butuh sesuatu yang terasa kurang di hidupnya.
"Jadi setelah memisahkan diri dengan kekristenan, saya adalah seorang ateis atau mungkin agnostik selama beberapa tahun. Saya benar-benar tidak peduli tentang agama dan itu tidak pernah menjadi sesuatu yang ada dalam pikiran saya," ujar Joanie.
Mengenal muslim
Seumur hidup Joanie tidak pernah bertemu Muslim. Perkenalannya dengan Muslim bermula 4 bulan lalu melalui aplikasi TikToknya.
"Sekitar empat bulan lalu saya mulai melihat muslim di halaman TikTok 'rekomendasi untuk saya'," jelasnya.
Awalnya, Joanie menilai agama Islam bukan hal yang baik untuknya. Ia selalu memandang bahwa Islam tak memiliki keragaman dan terlihat menjenuhkan. Namun saat melihatnya di media sosial, Joanie merubah pandangannya soal muslim.
"Sebelum saya masuk Islam, saya pikir muslim itu membosankan. Saya memiliki semua kesalahpahaman ini. Saya pikir muslim tidak bisa bersenang-senang. saya pikir muslim tidak tertawa, mereka tidak menikmati hidup mereka. Saya pikir mereka tidak bahagia dan menjalani kehidupan yang membosankan," kata Joanie.
"Jadi ketika saya mengenal muslim saya berpikir sendiri, 'wow ini adalah orang normal'. Mereka hanya memiliki keyakinan yang berbeda," tuturnya lagi.
Dalam perjalannya mengenal Islam, TikTok membawanya menyadari satu hal, selama ini ia kurang mendidik dirinya terkait agama. Ia pun bertekad untuk mengedukasi diri sendiri dengan meneliti berbagai agama, termasuk Islam.
"Dalam prosesnya saya pergi ke amazon dan saya memesan banyak buku, tiga. Saya benar-benar tidak bisa berhenti belajar lebih banyak. Saya menyadari betapa indahnya Islam yang sebenarnya daripada hanya secara membabi buta mempercayai stereotip negatif muslim yang begitu umum di media," jelasnya.
Joanie mulai meyakini, Islam adalah agama yang tepat baginya. Lalu pada Agustus 2021, Joanie merasa harus masuk Islam lantaran tak logis baginya untuk tetap menjadi atheis sementara hatinya sudah meyakini ajaran di Al-Quran.
"Kembali pada bulan Agustus baru-baru ini, saya adalah orang yang logis, dan tidak masuk akal bagi saya untuk tidak masuk islam setelah membaca alquran dan mempelajari Islam sesungguhnya," ujarnya.
"Saya melihat bagaimana koheren Islam secara keseluruhan, bagaimana memberikan hak setiap orang dan mengajarkan perilaku manusia yang tepat dan tidak memiliki kesalahan," kata dia.
Joanie lantas menyarankan agar para non-muslim bisa melihat secara detail terkait agama Islam. Jangan hanya percaya pada yang ditampilkan di media ataupun opini orang lain. Sebaliknya, Joanie mengimbau agar para non muslim bisa membuka hati dan mulai berteman dengan para muslim sehingga benar-benar mengenal sosok muslim sejati.
"Jadi saya di sini untuk mendorong Anda untuk bertemu seorang muslim, jika Anda keluar dan Anda melihat orang yang terlihat muslim, terlibat dalam percakapan, 'say hi', undang rekan muslim Anda untuk makan siang atau tanyakan teman sekelas muslim tentang agama mereka. Jika Anda memiliki masjid di dekat Anda, jangan ragu untuk mengunjungi semua orang selamat datang untuk mengenal kami sebelum Anda menilai kami," kata sang mualaf.