Kunjungi Lapas Wanita, Penulis Jes Tanjung Tersentuh oleh Ceritanya

Jes Tanjung Bagikan Buku Sugar Mommy
Sumber :
  • ist

VIVA – Berbagi memiliki banyak manfaat, untuk yang menerima maupun yang memberi. Hal itu yang dirasakan penulis buku Sugar Mommy, Jes Tanjung. Baru-baru ini, Jes Tanjung mengunjungi Lapas Perempuan Kelas II B Padang bersama Komunitas Wanita Minang, Indojalito dan Harneli Mahyeldi, istri Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah.

"Dua bulan yang lalu ketika launching buku Sugar Mommy di Jakarta bersama bapak Taufik Ismail dan Melly Goeslaw, beliau tdk bisa hadir. Jadi di acara donasi buku Sugar Mommy di Padang beliau sangat men-support-nya," kata Jes Tanjung baru-baru ini.

Jes Tanjung berpikir untuk mengunjungi lapas untuk memberikan berbagai bantuan, salah satunya motivasi. Ia melihat selama ini, tidak banyak komunitas wanita yang mau mengunjungi lapas karena berbagai stigma.

Ilustrasi berbagi sesuatu.

Photo :
  • http://rumahsalam.blogspot.com

"Selama ini kunjungan kelapas mungkin kurang terpikirkan oleh komunitas Wanita lain, dengan berbagai alasan, seperti rasa aman dan takut padahal kenyataannya tidak sehoror yang kita bayangkan," kata Jes Tanjung.

Jes Tanjung bahagia melihat antusias dari warga binaan. Ia juga banyak mendengar dan bertukar cerita dari mereka yang rajin menulis untuk mengisi waktu. Selain itu, selama ini mereka jarang mendapat kunjungan karena pandemi.

"Mereka sangat antusias sekali, ternyata banyak para warga binaan yang hobi menulis, biasanya mereka menulis di diary, untuk mengisi waktu. Kepala lapas juga menyambut positif ajakan, saya akan membantu untuk pengiriman naskah dan sebagainya," ujarnya.

Jes Tanjung Bagikan Buku Sugar Mommy

Photo :
  • ist

"Selain itu mereka juga bahagia sekali mendapatkan kunjungan,setelah hampir 2 tahunselama pandemi dilarang mendapatkan kunjungan dari keluarga, kehadiran kami sangat menghibur mereka," sambungnya lagi.

Selain itu, Jess Tanjung tidak bisa menahan air mata saat mendengar curhatan mereka. Padahal, sebelumnya Jess Tanjung sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak sentimental, namun tembok itu akhirnya runtuh juga.

"Terbawa perasaan juga ketika seorang warga binaan menceritakan, sedih sekali tidak bisa menghadiri pemakaman orang tuanya. Selain itu keluhan mereka tentang kondisi kamar yg penuh,ukuran 6x5 dihuni 22 orang. Mengenai makanan ketika para warga binaan makan bersama kami, mereka menyisakan lauk yg tersedia untu makan mereka berikutnya,pengen nangis deh lihatnya," ujarnya.