6 Fakta Unik Aeshnina Azzahra Aqilani, Aktivis Lingkungan Asal Gresik
- Tangkapan Layar
VIVA – Nama Aeshnina Azzahra Aqilani semakin dikenal oleh publik karena menjadi aktivis lingkungan internasional. Padahal dirinya baru menginjak usia 14 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Gresik Jawa Timur. Remaja dengan perawakan mungil ini mempunyai tekad besar untuk menolong dunia dari bahaya besar yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Bahkan, sejak kecil ia telah menjadi seorang aktivis lingkungan. Nah, berikut adalah ulasan mengenai Aeshnina Azzahra Aqilani yang viral karena menjadi aktivis lingkungan.
Lantas, Siapa Sosok Aeshnina Azzahra Aqilani?
Keluarga Aeshnina Azzahra Aqilani
Nina, sapaan akrabnya, adalah salah seorang putri dari pasangan Prigi Arisandi dan Daru Setyorini. Darah menjadi aktivis lingkungan ternyata turun dari kedua orang tuanya yang merupakan aktivis lingkungan di Ecoton. Ecoton sendiri adalah salah satu organisasi konservasi lingkungan yang lebih fokus pada pemulihan sungai yang tercemar di wilayah Gresik dan Surabaya. Nina mengaku bahwa kedua orang tuanya adalah aktivis lingkungan yang sangat peduli terhadap sungai. Kedua orang tuanya tersebut kemudian mengenalkan nilai-nilai lingkungan kepadanya.
Diulas oleh Media Jerman
Aeshnina Azzahra Aqilani bukan hanya dikenal di Indonesia, bahkan media dunia pun sudah mengakui perjuangannya dalam menyelamatkan bumi dari sampah plastik. Hal ini terbukti ketika salah satu media Jerman, Die Zeit, menulis tentang Nina. Artikel yang bertajuk Ws Greta kann, kann ich auch! dalam bahasa Indonesia Apa yang Bisa Dilakukan Greta, Saya Juga Bisa! dipublikasikan pada Kamis, 4 November 2021 lalu.
Pidato di Plastic Health Summit 2021
Remaja yang akrab disapa Nina tersebut belum lama ini juga sempat menjadi perhatian publik setelah berpidato dalam acara Plastic Health Summit 2021. Bahkan, pada acara yang dilaksanakan di Amsterdam, Belanda tanggal 12 Oktober 2021 tersebut, Aeshnina Azzahra Aqilani salah satu narasumber dalam acara tersebut.
Nina hadir bersama dengan para aktivis lingkungan dan akademisi dari seluruh penjuru dunia. Menariknya, narasumber yang lain dalam acara tersebut sudah memegang gelar professor dan doktor, sehingga pelajar kelahiran Sidoarjo, 17 Mei 2007 ini terlihat sangat menonjol. Hal ini yang membuat media Die Ziet terpersona dan kemudian mengangkat kisahnya.
Terinspirasi dari Kedua Orang Tua
Seperti yang dikatakan di atas, kedua orang tua Nina sudah aktif dalam kegiatan lingkungan. Sehingga ia mendapatkan edukasi yang baik untuk mencintai dan melindungi lingkungan sekitar. Selain itu, dirinya juga kerap diajak untuk ikut dalam aksi penyelamatan lingkungan dan juga melaksanakan penelitian terhadap sungai yang sudah tercemar.
Nina mengaku walaupun kedua orang tuanya adalah pegiat lingkungan, ia diberikan kebebasan dalam memilih masa depan untuk menjadi apa. Tapi, remaja yang baru menginjak usia 14 tahun tersebut mengaku tergerak untuk turut mengikuti jejak langkah dari kedua orang tuanya menjadi seorang aktivis lingkungan.
Awal Mula Tertarik Menjadi Aktivis Lingkungan
Awal mula ketertarikan remaja yang saat ini sedang mengikuti Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021 (COP26 Glalow) tersebut tertarik dengan permasalahan lingkungan karena kondisi lingkungan sekitarnya yang menjadi tempat sampah. Ia mengatakan juga bahwa pabrik kertas di Indonesia menerima impor kertas dari negara maju.
Namun, hal yang begitu disayangkan adalah negara maju menyelunduokan sampah plastik dalam sampah kertasnya. Sehingga ketika pabrik kertas mulai menyortir kertas, sisa sampah plastiknya akan di buang ke desa yang berada di sekitar pabrik tersebut.
Tulis Surat ke Donald Trump dan Angela Merkel
Tahun 2019 lalu, Aeshnina Azzahra Aqilani sempat menghebohkan publik karena berani menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, yaitu Donald Trump. Bahkan, sebelum itu Nina juga pernah mengirimkan sepucuk surat kepada Bupati Gresik mengenai kerusakan lingkungan yang berada di dekat tempat tinggalnya.
Lebih jauh, gadis yang bersekolah di SMPN 12 Kabupaten Gresik ini juga pernah mengirimkan surat kepada Kanselir Jerman, Angela Merkel; Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte; Menteri Infrastruktur dan Pengelolaan Sumber Daya Air Belanda, Barbara Visser. Selain menulis surat protes, ia juga pernah demo di depan gedung konsulat Amerika bersama teman-temannya dan Ecoton.