Industri Makanan dan Minuman Banyak Hasilkan Sampah Plastik

Ilustrasi sampah plastik.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

VIVA – Sebanyak 300 juta metrik ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun di seluruh dunia. Menurut data PBB, secara global diperkirakan hanya 9 persen sampah plastik yang didaur ulang, sementara 79 persen lainnya berakhir di tempat pembuangan sampah. Akibatnya, polusi tanah semakin memburuk. 

Di Indonesia sendiri, khususnya Pulau Jawa, setiap tahun ada 8 juta ton sampah plastik, di mana 3 juta ton di antaranya bisa diolah dan yang 5 juta ton tidak terkelola. Ada yang dibuang, ditimbun, dibakar dan 2,6 juta ton dibuang ke aliran sungai.

Menurut catatan Kopernik, jika tingkat produksi dan konsumsi plastik saat ini berlanjut, bahkan diproyeksikan terus meningkat, maka diperkirakan jumlah sampah plastik yang salah kelola di Indonesia pada 2025 akan meningkat lebih dari dua kali lipat atau meningkat hingga 130 persen.

Melihat statistik yang mengkhawatirkan tersebut, produsen dan badan pemerintah telah menerapkan kebijakan dan peraturan untuk menghindari permasalahan sampah plastik yang semakin parah.

Berbagai upaya tengah dilakukan untuk memecahkan masalah ini, dengan mengikuti arahan dari Komisi Eropa terkait plastik sekali pakai, Undang-Undang terkait Pengurangan dan Daur Ulang Sampah Plastik, serta memorandum baru yang diperkenalkan di Amerika Serikat.

Salah satunya telah dilakukan oleh Foopak Bio Natura, yang mengukuhkan inisiatifnya untuk mengganti plastik dan kemasan makanan sekali pakai dengan produk yang dapat didaur ulang sepenuhnya. Bahan baku kemasan ramah lingkungan milik Foopak juga dapat diolah kembali menjadi kompos, baik melalui fasilitas pengomposan industri maupun rumah konsumen.

Senior Vice President dan Global Business Unit Head Industrial Paper, Christopher Wong, mengatakan, banyak konsumen yang tidak menyadari bahwa kebiasaan menggunakan plastik kemasan makanan ataupun wadah berbasis kertas dapat berdampak buruk terhadap lingkungan. 

"Ditambah lagi, masih banyak pusat daur ulang yang tidak dilengkapi dengan teknologi untuk memisahkan plastik dari sampah kertas," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu 19 September 2021. 

Atas inisiatif tersebut, merek kertas untuk kemasan makanan dan minuman itu, menerima sertifikasi bebas plastik dari Flustix, sebuah badan sertifikasi bebas plastik internasional yang berbasis di Jerman. Sertifikat tersebut diberikan setelah melalui serangkaian pengujian analitik bertingkat yang ketat.

Produk kertas Foopak Bio Natura menggunakan sumber kayu alami bersertifikat tanpa penambahan polimer plastik. Dengan penggunaan bahan tersebut, mereka berkontribusi penuh dalam memerangi polusi plastik yang banyak ditemui di industri makanan dan minuman.

"Sertifikasi ini membantu kami semakin cepat dalam mengurangi jejak karbon dan lingkungan dari industri F&B. Kami berkomitmen untuk dapat menciptakan rantai pasokan hijau yang berkelanjutan tanpa efek berbahaya bagi konsumen dan lingkungan. Bersama dengan mitra kami, kami berupaya untuk mencapai tujuan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata Christopher Wong.