Hari Bumi, 5 Kiat Jaga Kebersihan Lingkungan ala Dosen TikTok

Ilustrasi TiKtok | Olivier Bergeron on Unsplash.com
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Setiap 22 April merupakan peringatan sebagai Hari Bumi Sedunia, yang juga dikenal sebagai Earth Day. Konsep yang diusung pun berbeda tiap tahunnya, di mana tahun 2021 ini menyajikan Restore Our Earth atau Memulihkan Bumi Kita.

Anda masih ingat tentang dosen TikTok yang viral berkat konten edukasinya yang kocak dan seru?  sang dosen TikTok, masuk dalam nominasi Best of Learning and Education di TikTok Awards Indonesia 2020.

Dosen yang sempat merasa terlalu tua untuk ‘bermain’ TikTok ini sekarang memiliki lebih dari 560 ribu follower dengan total 8,4 juta like, padahal belum sampai satu tahun ia aktif di platform media sosial ini.

Menyambut Hari Bumi, Dr. Ira Mirawati M.Si., membuat konten edukasi di TikTok yang dengan kepeduliannya pada bumi. Misalnya, #Taugasih Kalian Bisa Bikin Konten Cinta Hutan dan Skripsi Bertema Kelestarian Hutan. Ira yang juga dikenal dengan sebutan Dosen TikTok itu, memiliki alasan tersendiri terkait kelestarian bumi.

Ketua Program Studi Manajemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, itu lahir dan dibesarkan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, memiliki kedekatan dengan alam. Sekitar 500 meter di depan dan 500 meter di belakang rumahnya terdapat hutan, yang sering kali menjadi tempatnya bermain, sekaligus tempat ibunya bekerja sebagai petani karet.

“Mau tidak mau, kita harus merawat bumi ini. Hayuklah kita sama-sama melakukannya. Di mana pun kita tinggal, entah di kota, di dekat hutan, atau di dekat laut, kita bisa, kok, berkontribusi. Langkah-langkah kecil kita akan membantu meminimalkan dampak perubahan iklim,” kata Ira, dalam keterangan persnya.

Lalu, bagaimana cara Ira menunjukkan kepedulian mereka kepada bumi? Ini jawabannya:

Going paperless

Ira menyadari, pandemi mendatangkan kebiasaan baru yang baik bagi kesehatan bumi. Salah satunya adalah pengurangan kertas yang signifikan. 

“Tugas kuliah yang dulunya dikumpulkan dalam bentuk hardcopy, sekarang dikirim softcopy saja. Begitu juga dengan skripsi. Bayangkan, kalau satu skripsi tebalnya 250 halaman dan harus diberikan kepada 5 dosen, seorang mahasiswa akan menghabiskan hampir 3 rim kertas. Itu pun kalau skripsinya langsung jadi! Kalau ada revisi, berarti makin banyak lagi kertas yang dipakai. Bagusnya, selama pandemi jadi no ngeprint ngeprint,” kata Ira

Ikuti berbagai gerakan cinta lingkungan

Kesadaran Ira untuk berbuat sesuatu semakin besar ketika muncul berbagai gerakan yang menganjurkan publik untuk mengubah gaya hidup demi melestarikan lingkungan, misalnya tidak pakai kantong plastik, serta hemat air dan listrik. 

“Ini bentuk kontribusi saya untuk bumi, meski tampaknya kecil. Saya sangat berharap generasi muda tidak apatis atau cuek terhadap ajakan atau gerakan seperti itu. Kalau bukan kita, lalu siapa yang bisa melakukan perubahan ini?,” kata Ira

Dari konten TikTok terkait kelestarian hutan yang dibuatnya, Ira juga mendapatkan gambaran bahwa pengetahuan remaja tentang perubahan iklim masih perlu ditingkatkan.

Sebagai contoh, dari komentar-komentar mengenai perubahan iklim, masih banyak yang mempersepsi bahwa perubahan iklim adalah perubahan cuaca. Karena itu, ia mendorong mereka untuk lebih banyak melakukan riset tentang isu penting tersebut dan bergabung dengan berbagai gerakan cinta lingkungan.

Bikin konten positif yang seru

Menyadari bahwa bumi ini perlu dijaga bareng-bareng, Ira pun mengajak anak muda untuk mulai peduli dan bergerak dengan cara membuat konten yang seru. Menurutnya, jika kita sudah mengakses media sosial lebih dari tiga jam sehari, sudah saatnya bisa berperan jadi creator

"Tidak perlu pakai gadget yang canggih, kok. Yang penting, konsep kontennya harus dipikirkan dengan matang. Pastikan konten itu bermanfaat, bukan demi mengejar jumlah follower atau view. Nanti malah stres sendiri,” kata Ira.

 Memanfaatkan hasil hutan yang diperoleh dengan cara ramah lingkungan

Hutan Indonesia menyimpan banyak bahan makanan dan bahan alami untuk keseharian kita. Misalnya, gula aren dan buah tengkawang yang bisa dijadikan body lotion.

Saat membeli hasil hutan, kita membantu meningkatkan kesejahteraan produsen, yang merupakan masyarakat di sekitar hutan. Selain itu, para produsen yang peduli akan hutannya sebagai tempat untuk mencari bahan baku produk akan menjaga hutan dengan cara tidak menebang pohon atau mengalihfungsikan hutan.

Jalan kaki ketika lokasi tujuan terbilang dekat

Untuk menjangkau tempat yang jaraknya dekat, Ira lebih suka berjalan kaki, misalnya ke minimarket atau warung. Di antara rekan kerjanya pun ada budaya nebeng, agar tidak setiap orang membawa kendaraan. Ia kerap geregetan melihat orang yang sedikit-sedikit mengeluarkan motor, padahal jarak yang dijangkaunya dekat saja. 

“Mahasiswa saya juga lebih memilih naik ojek atau odong-odong (sebutan untuk angkot yang beroperasi di sekitar kampus). Padahal, kalau jalan kaki hanya 10 menit dari gerbang utama. Saya dulu juga selalu jalan kaki ke kampus. Selain mengurangi polusi udara, bisa hemat juga, kan?” kata Ira.

Ketika kita mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, udara jadi lebih bersih dan udara bersih itu sangat dibutuhkan oleh kita. Dan, hutan merupakan ekosistem yang sangat mendukung terciptanya udara bersih karena bisa menyerap karbon.