Buya Yahya Jawab Hukum Tentang Memperbesar Alat Kelamin Pria

Ilustrasi pria/laki-laki.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Meski ukuran kemaluan intim pria tak bisa menjadi tolak ukur kepuasan dalam bercinta, namun tak dipungkiri sebagian wanita menginginkan ukuran yang lebih besar. Bagaimana pandangan islam dalam hal ini, apakah boleh memperbesar kemaluan?

Sebagian wanita merasa lebih bergairah dengan teknik bercinta yang memacu keintiman. Meski begitu, ukuran yang besar pada kemaluan sang suami, dianggap mampu membawa kepuasan lebih dahsyat. Benarkah demikian?

Pendakwah Buya Yahya mengakui masalah ukuran kemaluan ini memang kerap terjadi di masyarakat. Namun, Buya Yahya menegaskan bagaimana seharusnya suami-istri bisa bergaul dengan baik untuk sama-sama mencapai kepuasan.

Kemudian perlu dipahami, Allah menciptakan perempuan dengan wilayah khusus yang ada di tubuhnya. Ada beberapa wilayah yang mendasar dan di situ lah titik sensitifnya.

"Sehingga tidak dipermasalahkan akan panjang pendeknya ukuran. Yang penting kemaluan laki-laki menyentuh wilayah sensitif itu, maka sampailah seorang wanita pada tingkat (puas). Artinya bisa saja kesenangan selesai di sini," ujar Buya Yahya dalam video singkat di kanal Youtube.

Yang jadi masalah, lanjut Buya Yahya, saat seseorang memiliki khayalan yang dibawa dari film-film berbau porno. Padahal, kata dia, kesenangan bisa usai saat suami memberikan penetrasi saat bercinta.

"Kalau memang ada yang sangat kecil sehingga tidak bisa dijangkau wilayah sensitifnya wanita , kalau seandainya ada, pengobatan dilihat dua cara," jawab Buya Yahya.

Pertama, operasi memungkinkan namun dengan syarat yang ketat. Jika laki-laki ini masih mampu memuaskan wanita dengan ukuran kelaminnya saat itu, maka dilarang untuk melakukan operasi.

"Karena dia akan membuka aurat untuk digedekan dengan operasi. Tapi kalau memang tidak bisa, diupayakan pengobatan. Kalau memang kondisinya darurat, baru boleh ditangani untuk operasi. Tapi kalau masih bisa sentuh area sensitif wanita, maka nggak perlu (operasi)," jelasnya.

Cara kedua, saran Buya Yahya, dengan mengoleskan obat di kemaluannya. Namun, dengan syarat tak boleh dipijitkan oleh orang lain.

"Boleh istrinya sendiri. Atau dioles dengan tangan sendiri tapi tidak sampai titik kenikmatan. Diupayakan dengan tangan kiri. Dengan catatan obat itu tidak membahayakan. Kalau membahayakan, harom," tegasnya.