Miris, Sudah 620 Ribu Ton Sampah Plastik Cemari Perairan Indonesia
- ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
VIVA – Berdasarkan data dari National Plastic Action Partnership yang dirilis April 2020, sebanyak 620.000 ton sampah plastik mencemari sungai, danau, dan laut Indonesia setiap tahunnya. Salah satu penyebab utama isu ini adalah infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah yang kurang efisien.
Sebagai salah satu langkah mengatasi hal ini, Danone-AQUA bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan, membuat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sampahku Tanggung Jawabku (Samtaku) Lamongan.
Sustainable Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, mengatakan, TPST ini menjadi yang terbesar di Jawa Timur, dengan kapasitas pengolahan sampah hingga 60 ton per hari.
"Dengan kemampuan mengolah sampah 60 ton per hari, TPST ini merupakan pengejawantahan ambisi #BijakBerplastik yang kami canangkan untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi sampah plastik yang masuk ke laut hingga 70 persen. Selain itu, hal ini merupakan upaya mewujudkan Zero Waste to Landfill, atau nol sampah yang masuk ke TPA," ujarnya saat peresmian TPST, baru-baru ini.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak pun menyambut baik inisiatif dan kolaborasi yang dibangun.
"Provinsi Jawa Timur berkomitmen untuk bersih dari sampah secara berkelanjutan meski berbagai tantangan masih harus dihadapi. Semoga TPST hasil kerjasama berbagai pihak mulai unsur pemerintah, swasta dan masyarakat, dapat menjalankan penanganan sampah plastik dengan baik," kata Emil.
Dalam masa percobaan operasional yang berlangsung sejak Maret hingga November 2020 saja, TPST Samtaku Lamongan telah berhasil mengolah 3.950 ton sampah, di mana 20 persennya adalah sampah plastik.
Selain infrastruktur pengelolaan sampah, TPST Samtaku Lamongan juga dilengkapi dengan wahana edukasi terkait pengelolaan sampah, guna mendorong peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku masyarakat serta anak usia sekolah yang berkunjung.
"Di dalam wahana edukasi ini, kita akan membawa pengunjung untuk memahami fenomena sampah di Indonesia, dari mana asalnya, dampaknya dan bagaimana mengelolanya mulai dari lingkup terkecil. Karena pengelolaan sampah yang holistik membutuhkan peran dan tanggung jawab semua orang," tutup Karyanto Wibowo.