Dokter Ini Ceritakan Kisah Pilu Tentang Pasien COVID-19

Sedih
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Akun Instagram @dokterapin membagikan kisah pilu mengenai pasien COVID-19. Di awal tulisannya, dokter anak tersebut sudah meminta izin untuk menyebar luaskan cerita ini. Awalnya, dokter bernama Arifianto tersebut menangani pasien COVID-19 dengan gejala berat yang sudah dirawat selama lebih dari 3 minggu. 

"Kondisi pasiennya up n down, sejak awal butuh ruang intensif tp sayang masih penuh, giliran tersedia pasiennya membaik, trs ruangannya dikasih ke pasien lain eehh pasiennya memburuk," tulisnya di akun Instagram tersebut.

Pasien itu lalu mengalami BAB berdarah. Pihaknya melakukan segala cara agar pendarahan tersebut berhenti, namun tidak berhasil. Ibu pasien lalu mulai mencari donor darah.

Baca juga: IDI Sebut Vaksin Lebih Prioritas Dibanding Obat COVID-19?

"Sampai pagi ini disaat ibunya pusing nyari donor darah, tiba2 ibunya mendapat kabar kalau suaminya (ayah pmien ini) meninggal Ibunya nelfon gw, "dok, bisa minta tolong amankan HP anak saya? Saya tkt dia buka2 hp, ayahnya meninggal dok barusan. saya takut dia drop dgr berita ini," tulis Apin.

Ibu tersebut tidak mennagis atau teriak dengan histeris dengan kabar tersebut. Ia justru lebih mengkhawatirkan anaknya yang sedang dirawat bila mendengar kabar sang ayah meninggal.

"Kebayang gak sih, lagi pusing ngurusin donor utk darah anak, anak lagi perburukan, mana covid-19 terkonfirmasi pula, eh tiba-tiba dgr kabar suami meninggal," ujarnya.

Apin lalu keluar ruang isolasi, mendapati ibu tersebut sedang duduk di selasar rumah sakit. Apin menegor ibu tersebut, terjadi pembicaraan yang buat hati Apin terenyuh.

"Gw samperin, "bu, ngapain?" Ibunya langsung berdiri n bilang, "dok, hp anak saya udh diamankan? Jgn dikasih tau dulu ya dok, mereka dekat.. saya takut dok.." 
"Takut apa bu?" "Saya takut.. anak saya menyusul ayahnya
," ujar Apin.

Bulu kuduk Apin berdiri karena salut dengan ketegaran ibu tersebut. Tangis sang ibu baru pecah setelah Apin memegang pundak dan meminta sang ibu itu untuk bersabar.

"Dalam hati gw ibu ini pasti drtd menahan semuanya, rasa sakit, rasa takut, rasa semuanya," ujar Apin.

Apin salut karena ibu tersebut tidak pernanh menyalahkan keadaan. Bahkan saat ruang ICU selalu penuh, ibu itu tidak mengeluh asalkan anaknya bisa mendapat pertolongan segera meski seadanya.

"Ibu ini adalah salah satu orangtua pasien tersabar yg pernah gw temuin.. Waktu datang ke RS dan ketemu beliau, gw bilang ini indikasi icu tp icu kami penuh, ibu ini bilang "gpp dok.. yg penting anak saya dikasih obat.."," tulis Apin.

Di saat anaknya sakit parah, ibu tersebut izin pulang untuk mengurus pemakaman suami. Selain itu, tidak pernah ada keluarga lain yang menemani karena takut tertular. Apin juga baru tahu disela-sela mengurus anaknya selama ini, ibu itu masih aktif bekerja.

"Kalian pernah denger gak ada ungkapan, `Airmata bukan utk orang miskin.." Dulu nyokap pernah bilang itu ke gw dan adek2 gw, Ungkapan itu artinya bukan orang miskin gak boleh nangis, tapi karena sangat beratnya hidup mereka sampai mereka gak punya waktu utk sedih lama-lama," ujar Apin.

Setelah 23 hari anak tersebut dirawat akhirnya ada kamar ICU yang tersedia, ada darah yang bisa didonorkan dan semua terasa mudah. Apin merasa ini bukan campur tangan manusia, tapi Yang Maha Kuasa.

Namun nasib juga berkata lain. pasien itu menyusul almarhum ayahnya. Ia meninggal dunia setelah 23 hari. Apin menemui sang ibu dengan mata bengkak. Ia banyak mengambil pelajaran dari hal tersebut.