Kepunahan Ancam Lumba-lumba Pink di Hong Kong
- bbc
Pada tahun 1990-an barulah ada pihak yang menghitung jumlah lumba-lumba merah muda yang hidup di perairan Hong Kong.
Pembangunan bandar udara baru, Chek Lap Kok, hampir selesai tapi habitat lumba-lumba pink tersebut direklamasi untuk membangun landasan pacu dan bangunan terminal.
Pejabat Hong Kong memutuskan untuk mengecek populasi lumba-lumba pink dan muncul dengan angka 250 ekor. Hari ini, hanya 32 ekor yang masih bertahan.
Spesies unik
Lumba-lumba pink asal Hong Kong ini sebenarnya adalah Lumba-lumba Punggung Bungkuk Indo-Pasifik, atau Lumba-lumba Putih asal China. Kulit mereka tidak berwarna pink: mamalia ini tinggal di air keruh dengan minim cahaya matahari sehingga kekurangan pigmentasi.
Darah hangat yang mengalir dekat dengan permukaan kulit memberi kesan warna merah muda seperti permen karet.
Mamalia tak biasa ini pertama disebut oleh seorang pria Inggris bernama Peter Mundy pada 1637. Mundy, seorang pedagang yang membantu memperkenalkan teh pada publik Inggris, mendeskripsikan lumba-lumba tersebut sebagai "ikan pedang", tanpa menyadari bahwa ia adalah seekor mamalia.
Nelayan Hong Kong telah mengetahui mamalia tersebut selama berabad-abad. Mereka meyebut lumba-lumba tersebut Hak Kei (tabu hitam) atau Pak Kei (tabu putih). "Di saat mereka di sini, semua ikan menghilang!" kata Wai, seorang nelayan di Tai O, desa nelayan utama di kawasan barat Hong Kong.
"Kapal nelayan biasanya tidak mengikuti ke mana mereka pergi. Kebanyakan nelayan membenci mereka."
Pemandangan yang jarang
Tidak mudah untuk melihat lumba-lumba pink tapi tur melihat lumba-lumba pink semakin diminati pelancong. Saat melihat lumba-lumba pink untuk pertama kalinya, wajah pelancong berubah ceria.
"Saya ingat momen-momen mengesankan," kata Janet Walker, seorang pemandu wisata di DolphinWatch, "Pemandangan luar biasa ketika lumba-lumba itu datang dan berenang di bawah kakimu! Atau saat mereka menatap matamu."
Tapi Janet khawatir. Ia menyadari jumlahnya semakin berkurang. "Kami masih bisa melihat bayi-bayi lumba-lumba, tapi tidak banyak lagi, dan jumlahnya terus turun."
"Saya kira kita beruntung bisa melihat mereka. Karena pembangunan yang berlangsung di Hong Kong, terutama reklamasi pantai, akan membuat mereka punah cepat atau lambat, menurut saya," kata seorang pelancong asal Inggris, Chris.
Di luar industri pariwisata dan perikanan, lumba-lumba pink tidak menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sekitar 7,5 juta penduduk yang tinggal di Hong Kong yang padat dan sibuk.
"Sejujurnya, seperti kebanyakan penduduk Hong Kong, saya tidak banyak tahu tentang lumba-lumba ini sampai saya mengambil pekerjaan ini," kata Taison Chang, kepala Komunitas Konservasi Lumba-lumba Hong Kong.
"Dan itulah masalahnya. Banyak dari kami tahu, tapi hanya di permukaan. Kita perlu tahu masalah yang mereka hadapi sebelum kita berupaya melestarikannya."
Pada 2017, populasi lumba-lumba tampak semakin stabil. Ketika angka terbaru populasi lumba-lumba, yakni 32 individu, dirilis musim panas lalu (turun hingga 32 persen di periode 2017-2018), banyak yang terkejut.
"Kami tahu angka itu akan terus turun tapi kami tidak menyangka sampai 32 saja."
Lumba-lumba putih China dapat ditemui di Taiwan, Vietnam, Thailand hingga Jawa di Indonesia dan Tamil Nadu di India, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Ini menjelaskan kenapa spesies tersebut tidak dikategorikan terancam punah, tapi apa yang jelas adalah habitat mereka di sepanjang garis pantai China semakin menurun dan proyek reklamasi terus menggerus habitat laut dan mengotorinya.
Populasi di Hong Kong bisa menghilang dalam satu generasi.
Habitat yang hilang karena megaproyek
Megaproyek seperti pembangunan Bandara Internasional Hong Kong menghancurkan habitat lumba-lumba pada 1990an dan selama satu dekade terakhir, pembangunan jembatan yang menghubungkan Hong Kong dan Makau, lalu lanjut ke China, semakin mengancam kawasan yang tersisa.
Saat pembangunan baru dimulai pada 2009, jumlah lumba-lumba ada 88. Di tahun terakhir pembangunan, 13 lumba-lumba sudah mati - pengurangan populasi hingga 15%.
"Kami pegang janji: `jembatan dibuka dan tidak ada lumba-lumba harus pindah`," kata sebuah artikel yang mempromosikan jembatan tersebut pada November 2018.
Otoritas kerap dikritik tentang transparansi, kecelakaan industri dan banyak juga yang menganggap jembatan tersebut sebagai cengkeraman China terhadap Hong Kong.
Otoritas Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau, badan yang didirikan oleh gabungan pemerintahan Hong Kong, Makau, dan Guangdong, mengklaim 945 Lumba-lumba Putih China hidup di Hong Kong dan Sungai Pearl di periode 2017-2018.
Tapi Angela Lam, petugas senior konservasi di WWF Hong Kong, mengatakan mereka belum pernah bisa mengakses laporan lengkapnya.
BBC berupaya meminta salinan laporan ke Otoritas Jembatan, tapi mereka menolak merilisnya.
Satu langkah menuju kepunahan
"Ada yang bilang lumba-lumba itu akan pindah ke suatu tempat. Mereka tidak bisa!" kata Janet Walker dari DolphinWatch.
"Mereka tidak punya tujuan lain. Dan menurut saya tidak banyak yang mengerti ini."
Bagi lumba-lumba tersebut, air laut di kawasan utara kurang asin sementara air laut di kawasan selatan terlaly asin.
"Karena apa yang mereka makan, mereka terjebak di area di mana air segar bertemu air laut, dan artinya itu di muara sungai," kata Chang. "Mereka tidak akan meninggalkan muara sungai ke perairan terbuka. Ini berlaku bagi semua lumba-lumba punggung bungkuk di seluruh dunia."
Tapi ancaman bagi populasi lumba-lumba pink terus datang. Reklamasi untuk landasan pacu ketiga sudah dimulai.
Pada 2014, otoritas bandara menyatakan lumba-lumba memiliki area seluas "sekitar 39 sampai 339 km persegi" untuk mereka bebas berenang. Terdengar seperti area yang luas tapi angka itu sudah meyusut secara drastis.
Landasan pacu yang direncanakan akan termasuk area reklamasi seluas 6,5 km persegi.
"Otoritas bandara Hong Kong telah melanjutkan pemantauan terhadap Lumba-lumba China, pergerakan dan perilakunya sejak pembangunan proyek sistem tiga landasan," kata otoritas bandara kepada BBC, "untuk memastikan dampak dari konstruksi terhadap lumba-lumba pada setiap fase pembangunan tidak akan melampaui batas yang bisa diterima."
Otoritas bandara mengklaim jika upaya-upaya seperti mengendalikan kecepatan kapal cepat yang menghubungkan bandara telah dilakukan untuk melindungi populasi lumba-lumba.
Tapi angka yang mereka tunjukkan juga menyebut 77 individu lumba-lumba hidup di Hong Kong pada 2018 - lebih dari dua kali lipat dari angka 32 ekor yang dirilis pemerintah pada Agustus.
Pada 2019, Ocean Park menemukan enam lumba-lumba pink mati di perairan Hong Kong, dua di antaranya dekat area reklamasi landasan ketiga.
Dengan hanya 32 individu tersisa, kepunahan semakin membayangi lumba-lumba pink ini.